Selasa sore, seperti cerita Sari, temanmu. Adalah hari dimana kamu juga teman-temanmu melakukan kegiatan bersama anak-anak yang kalian sebut anak cokelat keju. Kalian akan berkumpul di sebuah tempat kosong, aku agak ragu menyebutnya bangunan karena ternyata tempat itu adalah bekas warung makan yang ada di pinggir lapangan. Mungkin pemilik warung itu dulu berjualan seperti mie rebus dan kopi.
Aku datang membawa lima buah buku, sengaja aku beli sebelum sampai di tempat ini. Aku lihat ada sekitar dua belas anak berkumpul. Bahasa inggris yang sedang kamu ajarkan,mengenalkan nama-nama binatang dalam bahasa Inggris.
Mata kita beradu ketika Sari melambaikan tangan ke arahku. Mengajakku masuk yang sedari tadi masih berdiri di luar pintu. Seketika itu pula raut wajahmu sama seperti waktu pertama kita bertemu.
Aku menunjukkan buku yang ku bawa. Seperti ingin menunjukkan bahwa aku ke tempat ini bukan tanpa tujuan.
“Anda kemari untuk buku yang anda bawa?” sapamu mendekatiku setelah kelas selesai.
“Panggil saja Ardha, saya tertarik ingin tahu setelah waktu bazar kemarin dapat sedikit cerita dari Sari tentang kegiatan kalian.” Kamu menoleh ke arah Sari yang berdiri tak jauh lalu membulatkan bibirmu. Karena masih ada keperluan lain aku tidak bisa berlama-lama di tempat itu. Hari itu adalah 10 menit pertama aku bercakap denganmu.
Setelahnya kang Deny menaburi satu sisi dengan coklat meses sementara sisi lain dengan parutan keju yang diparut
Setelah 10 menit yang tidak akan aku lupakan itu, kita lebih sering bertemu. Lebih tepatnya aku sengaja menemuimu. Mencari-cari alasan dan mencari-cari buku apa yang bisa aku bawa setiap dua minggu sekali.
Semenjak itulah aku mendapatkan 10 menit yang lain.
“Apa alasanmu melakukan ini?” telisihku dikesempatan 10 menit ke empat.
“Seperti kamu dengan kameramu itu.” Matamu mengarah ke kamera yang memang selalu aku bawa setiap kali ke tempat ini.