Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[FR] Aku, Bapak dan Ramadhan

14 Juli 2015   11:57 Diperbarui: 14 Juli 2015   14:00 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

ilustrasi : www.bimbingan.org

Bapak yang sudah sejak sepuluh menit yang lalu berdiri di dekat pintu. Adzan isya belum juga berkumandang. Tapi bapak sudah rapi dengan baju koko warna hijau muda dengan peci hitam. Bukan mushola  yang akan ditujunya, melainkan sebuah masjid yang letaknya  jauhnya dua kali lipat jarak dari rumah ke mushola.

“Ayo naik cepet, keburu iqamah nanti.”

“Sebentar to, ini kuncinya susah.” Aku masih mengotak-atik kunci pintu yang susah.

Aku selalu membonceng bapak ketika akan berangkat tarawih ke masjid. Bukan motor, tapi sepeda onthel.

“Pak, kok kita nggak ke mushola aja to, kan lebih dekat.”

“Mau ibadah kok pakai mikir jauh apa dekat to Nduk.”

“Biar berangkatnya nggak buru-buru gini lho pak.”

“Semakin awal itu semakin baik, nanti sampai di masjid masih bisa sempat sholat tahiyatul masjid.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun