Mohon tunggu...
septiya
septiya Mohon Tunggu... Administrasi - jarang nulis lebih sering mengkhayal

Penggemar pisang goreng ^^

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Serunya Plesiran ke Ciwidey dalam Suasana #PersibJuara

12 November 2014   17:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:59 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situ Patenggang merupakan danau dengan pulau kecil ditengahnya yang terkenal dengan pulau Asmara dengan “batu cinta “ nya. Kemarin kami harus membayar Rp 20.500 per orang, itu adalah uharga untuk weekend. Mitos yang terkenal dari Situ Patenggang ini sendiri adalah tentang cinta Ki Santang dan Dewi Rengganis. Mereka berdua saling cinta tetapi berpisah cukup lama, kemudia bertemu kembali di titik yang disebut dengan “Batu Cinta”.

1415759959138459771
1415759959138459771
sejuknya situ patenggang

Setelah bertemu, Dewi Rengganis meminta untuk dibuatkan danau dan perahu. Diyakini perahu itu sekarang adalah pulau yang berbentuk hati dan masyarakat menyebutnya dengan “Pulau Asmara”. Untuk mengelilingi  Pulau Asmara  dan menuju Batu Cinta pengunjung bisa menumpang perahu dengan membayar Rp 30.000 per orang. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat, bagi pasangan yang mengelilingi pulau Asmara dan datang ke batu cinta itu maka cintanya akan abadi.

14157602351878916991
14157602351878916991
kabut mulai menutupi pulau Asmara

141576040521941533
141576040521941533
daftar harga tiket masuk situ patenggang

1415762326472502416
1415762326472502416
situ patenggang di sisi yang lain

Dikarenakan waktu yang terbatas, kami memutuskan untuk tidak pergi ke Pulau Asmara. Kami hanya sekitar 45 menit di Situ Patenggang. Kami segera kembali ke Terminal Ciwidey. Sedari awal sopir angkot sudah memperingatkan kami bahwa waktu kembali ke kota Bandung diusahakan jangan terlalu sore jika kami tidak ingin terjebak arak-arakan bobotoh. Dari situ saya kembali terheran, pengaruh pawai Bobotoh hari ini memang luar biasa sepertinya . Mendung sudah gelap dan hujan mulai turun. Kami sampai di terminal Ciwidey sekitar pukul empat kurang. Setelah melakukan pembayaran dengan sopir angkot, kami segera mencari elf yang akan membawa kami sampai Terminal Leuwi Panjang lagi. Kurang dari setengah jam elf yang kami tumpangi sudah penuh. Dan lagi-lagi kami berdesakan di dalam elf dengan jumlah penumpang 20 orang itu.

Perjalanan pulang kami menuju terminal Leuwi Panjang ternyata jauh lebih cepat dibanding waktu berangkat tadi. Kami hanya membutuhkan waktu 1 jam saja. Sampai di terminal Leuwi Panjang itulah kami mulai bingung. Kami belum jelas angkot mana yang harus kami cari untuk membawa kami kwe stasiun Kiara Condong. Setelah bertanya ke sopir elf, bapak itu menyarankan kami untuk menumpang angkot jurusan Cicaheum. Dari kejauhan kami mendengar seorang  bapak berteriak..Caheum..caheum…Mendengar hal itu kami mendekati dan bertanya apakah melewati Kiara Condong atau tidak. Bapak itu justru menjawab, “Ada Persib Neng, Gatsu ditutup. Nanti saya turunkan di jalan Jakarta saja.” Satu lagi yang membuat saya terheran, pawai Bobotoh membuat jalan Gatot Subroto (Gatsu) ditutup.

Waktu semakin sore, kami mau tidak mau harus menumpang angkot itu. Begitu keluar dari terminal, kami langsung disambut kemacetan. Suara raungan motor terdengar, ya Bobotoh. Sekumpulan bobotoh mulai dari 5- 10 motor menyalip, mereka tentunya menggunakan atribut dan bendera. Sepanjang pinggir jalanpun yang ada warna biru semua. Penonton yang memadati pinggir jalan tidak kalah ramainya. Mereka mengacungkan jempol ketika rombongan itu melintas di depan mereka. Angkot yang kami tumpangi hanya mampu berjalan pelan, sementara kami terus dikejar waktu kedatangan kereta. Kami sempat khawatir kami akan terlambat sampai di stasiun.

14157605461864841230
14157605461864841230
arak-arakan bobotoh

1415760636480427763
1415760636480427763
pinggir jalan gatsu dipenuhi oleh bobotoh

[caption id="attachment_374516" align="aligncenter" width="448" caption="atribut yang tidak boleh ketinggalan"]

1415761531146432318
1415761531146432318
[/caption]

Perjuangan kami belum selesai, sopir angkot menurunkan kami di sebuah lampu merah. Suasana waktu itu macet sekali dan kami turun diantara antrian para bobotoh dengan raungan motornya. Sempat khawatir dengan keamanan diri kami sendiri. Setelah nya kami menyeberang dan mencari angkot jurusan Elang- Cicadas yang berwarna merah. Kami menunggu angkot diantara bobotoh yang berjejer di pinggir jalan. Akhirnya angkot yang kami tunggu datang. Beruntung saat kami menunggu angkot itu jalan Gatot Subroto sudah dibuka kembali walaupun masih membiru di kanan kirinya. Hampir satu jam kami terjebak dalam kemacetan itu, namun akhirnya kami bisa sampai dan masih punya waktu untuk makan sebelum kereta datang.

Akhirnya, waktu juga yang harus mengakhiri plesiran saya ke Bandung waktu itu. Banyak pengalaman dan keseruan yang saya dapatkan dari sana. Masih banyak tempat di negeri ini yang ingin saya datangi. Simak dan nikmati berbagai destinasi yang tidak kalah menarik di http://www.indonesia.travel/wonderfulindonesia/.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun