"... Contoh: 'WWW' pada alamat website yang sebetulnya adalah 'W dan W dan W' atau 'W+W+W'. Orang bule membacanya 'triple Ws' atau 'three times W' yang ditulis menjadi '3xW'. Tapi orang kita (paling tidak orang Jawa) akan membaca 'W ping telu' yang ditulis menjadi 'Wx3'. Buku ajar bu guru menggunakan gaya bule, sementara mas yang membantu adiknya menggunakan gaya Jawa..." (Susanto, 2014)
Dari penjelasan teman saya, ternyata ada beda konsep 'kita' dengan orang bule. Sementara kita dipaksa menjelaskan menggunakan konsep bule. Rekomendasinya, perlu penjelasan untuk menyamakan konsep antara murid dan guru.
Saya coba menjawab soal 4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 dengan kondisi saya bebaskan berfikir saya. Tanpa informasi apa-apa, bisa saja saya jawab soal itu dengan
4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 24 (karena saya beranggapan hanya mencari hasil dari menjumlahkan angka itu)
4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 6 x 4 (sesuai dengan konsep)
4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 4 x 6 (ketika saya berfikir ala falsafah 'kita')
4 + 4 + 4 + 4 + 4 + 4 = 8 + 8 + 8 (karena saya mengira perlu menjumlahkan dua angka dua angka
dan seterusnya...
Lantas bagaimana biar jelas? Ya dikasih penjelasan dulu di awal. Penjelasan dengan kata-kata itu sangat perlu supaya tidak terjadi kesalah pahaman. Saya menjawab 6 x 4 = 8 x 3 juga tidak bisa disalahkan juga meski sebenarnya maksudnya dari latihan soal itu adalah menerapkan sifat komutatif yaitu 6 x 4 = 4 x 6. Saya jawab 6 x 4 = 8 x 3 karena saya berfikiran bahwa yang dimaksud itu hasil dari 6 x 4 itu sama dengan 8 x 3.
Kembali ke masalah di atas.
Kalau masalah lembar jawaban matematik beserta koreksiannya itu, menurut saya juga ada tidak pasnya di cara guru dengan langsung saja dikasih jawaban 6 x 4 itu juga sepertinya kurang komunikatif. Sehingga membuat orang lain yang membaca juga merasa tidak nyaman. Sebaiknya, ditulis panjang untuk menjelaskan mengapa salah. Kalau perlu menggunakan kalimat panjang di bawah soal latihan itu kalau maksud dari soal. Apalagi itu untuk anak sekolah dasar yang sudah pasti butuh penjelasan panjang lebar dibandingkan kita yang sudah dewasa.
Menjadi guru matematika memang tidak mudah. Tidak semua orang bisa memahami angka, karena mereka terbiasa komunikasi dengan bahasa. Alangkah lebih baik jika bahasa angka itu dijelaskan dengan bahasa lisan/tulisan yang komunikatif, sehingga matematika akan menjadi lebih menyenangkan.
Kebetulan saya tidak mengajar Matematika, saya mengajar Statistika di jurusan non-Matematika dan non-Statistika. Hal yang sama terjadi ketika saya tidak mau menjelaskan apa-apa tentang notasi matematika ke mahasiswa saya. Mahasiswa diharuskan paham? Iya, jika sudah saya jelaskan dan saya minta mereka belajar. Tapi jika saya tidak memberi informasi apa-apa ke mereka, lantas langsung saya salahkan, berarti saya yang tidak bener.
Selamat hari Senin, all.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H