Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Masku

13 Maret 2024   22:13 Diperbarui: 13 Maret 2024   22:34 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas... aku ke sawah dulu

Mau berjumpa padi, mau belajar

Tetap patuh walau raga penuh isi

Tetap tak terganti walau banyak pengganti nasi... Mas

Mas... aku pamit dulu ke laut

Mau berjumpa karang, ingin bertanya


Bagaimana bisa seteguh itu walau dihantam ombak

Bagaimana tak menjadi rapuh walau dicengkram lumut dan usia... Mas

Mas... kau jangan marah nanti

Jika aku ingin menjadi angin

Bisa melayang ke barat dan utara

Menyentuh apa saja tanpa terlihat, tapi terasa

Tentu dirimu tak mencintaiku lagi, kan Mas?

Tak ada kemolekan lagi yang bisa kau saksikan

Mas... malam mulai datang

Maukah kau tutup jendela untukku?

Biar telanjang batin ini dihadapanmu

Hingga tak ada celah malam untuk mengambilmu dariku

Dengan tubuh dan hati ini, tak akan kubiarkan kau pergi

Sebelum kau cicipi dan dialog pagi dengan secangkir kopi... Mas

Mas... ingatkah kau bulan yang kau bilang itu?

Kini sudah tak ada lagi, pun juga pundakmu

Mereka telah ditelan matahari dan sibuknya lalu lintas pagi

Sudah tak ada waktu lagi, katamu

Bahkan untuk mengelus rambut hitamku ini

Bergegas menguap dalam berkas-berkas tua diatas meja

Muasal rinduku yang tak lagi berupa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun