Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kali Ini

24 Februari 2024   23:11 Diperbarui: 24 Februari 2024   23:15 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kali ini aku bertamasya kerumah bordil

Sebuah daerah jauh nan terpencil

Sebuah bangunan tua penuh lendir

Kaca-kaca yang retak, para pria yang gagah

Tubuh-tubuh segar terhidang

Bola lampu kurang terang

Cahaya redup lagi rindang

Atap-atap bocor, dada-dada yang bongsor

Ranjang yang berantakan, kolor-kolor

Jam dinding yang mati, semua fana semua kotor

Siapa disini yang mahir menjahit?

Aku tak ingin tubuh baru

Aku ingin badan ini ditambal

Juga luka ini

Luka hati, kataku sambil menunjuk ke dada

Kurus hanya nampak rangka

Adakah yang mampu?

Tanyaku lagi, pada seroang penjaga buta

Ia terkenal mahir berdusta

Aku meniduri segala isinya

Tak ada yang tersisa dari tempat terkutuk ini

Setiap jengkal debu dan dinding

Tangisan jiwa muda yang dijual

Angan-angan palsu memenuhi ruangan

Teringat keringat setelah tersengat

Sesal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun