Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gubuk di Tengah Kota

2 Februari 2024   07:05 Diperbarui: 2 Februari 2024   07:40 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah gubuk tua dipusat kota

Tempat lahirnya kisah kasih dan susah

Bangunan tua renta merah dominan

Dekorasi dengan rasa pahit dilidah

Gumam-gumam gelisah

Hatiku adalah rumah

Bagi seorang pengemis kecil

Manusia kerdil tertangkup tengadah

Esok hari belum tentu cerah

Tangan-tangan sibuk membelai

Lalu lalang pemurah dengan senyum ramah

Silih berganti pemarah dengan raut terparah

Keluar masuk dalam tatapan jenaka

Datang menyapa hiruk pikuk kota

Menghardik jiwa biru muda

Segalanya menguap dalam tidur lelap

Pagi-pagi buta asap-asap kendaraan

Alaram terbaik dari yang pernah ada

Dari pada makian dan tatapan sinis mereka

Jangan kau ganggu, mereka sibuk bekerja

Penyair tenggelam dalam tulisan

Mencari-cari kata, kata kerja

Kata-kata yang bisa dipercaya

Setelah ini, kata-kata mulai bekerja untukmu

Manusia kecil tertangkup tengadah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun