Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pria Tua

6 Januari 2024   19:53 Diperbarui: 6 Januari 2024   19:56 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Termenung menatap bukit

Pria lawas dengan mata berkaca

Khayalannya jauh menembus masa lampau

Membuka sisa catatan usang berdebu

Meracik kisah memetik hikmah

Bocah-bocah mematung gelisah

Hari ini siapa pula terkena ganjaran

Awan-awan beriring berlalu

Mata rabun ingatan perlahan menguap

Tentang dunia dan isinya tak lagi sedap

Kulit berlipat hasrat melambat

Muda mudi menari dan melompat

Dia muka lesu dengan tubuh berkarat

Gigi ompong lapuk dimakan ulat

Tersisa nyawa dan semangat

Tak ada lagi musim semi

Apalagi untuk ranting yang hampir mati

Ditakdirkan menunggu patah lalu busuk

Mencari sejawat atau dibesuk

Hingga jadi penawar ataupun pupuk

Pria lawas menghitung waktu

Bermain catur menimang cucu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun