Mohon tunggu...
Septian Murival
Septian Murival Mohon Tunggu... Lainnya - Pekerja

Mendengar musik, membaca. Jika alam mengijinkan diakhiri dengan belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuanku

4 Januari 2024   10:54 Diperbarui: 4 Januari 2024   11:14 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Wahai kembang abadi

Bunga harapan yang tak pernah layu

Gadis lugu bermata sayu

Tetaplah periang wahai purnama

Seluruh jagat raya

Takluk luluh lantak berserakan

Berlutut berharap lalu bertanya

Akulah orangnya

Duhai kekasihku

Penat sekali rasanya

Beterbangan kesana kemari bersama burung

Lalu kembali syahwat dan terluka

Meringkuh dan tawa

Dibawah kolong langit lalu bergembira

Denganmu kuingin selamanya

Daku berharap pada kalian berdua

Sedang matahari indah ketika senja

Jiwa ini tlah dikoyak sejak lama

Terpenjara lalu terlunta-lunta

Jangan kecewakan aku wahai jelita

Nyawa dan asa ada ditanganmu cinta

Karna begini aku ditertawakan semesta

Duhai bunga harapan yang tumbuh disudut istana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun