Kesimpulan
Graffiti sebuah seni yang berangkat dari stigma vandalisme kemudian berubah menjadi budaya populer. Menurut Raymond Williams (1958) sendiri budaya populer adalah bentuk budaya yang memiliki daya tarik dan penerimaan yang luas di kalangan masyarakat.Â
Ia menekankan bahwa budaya populer tidak hanya disukai oleh kalangan tertentu, melainkan dapat diapresiasi oleh banyak orang. Penempatannya yang sering di ruang publik maupun tempat terbuka membuat graffiti dapat diakses oleh banyak orang dari berbagai kelas sosial.Â
Penggunaan warna dan corat-coret pada seni ini seringkali menarik perhatian siapa saja yang melewatinya. Dalam perkembangannya, sebagai seni yang dinikmati banyak orang, graffiti kerap kali dijadikan media komunikasi. Para seniman yang membuatnya tidak jarang memasukkan pesan-pesan sosial terkait isu yang sedang hangat terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, graffiti dijadikan media komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak umum tentang apa yang sedang menjadi perhatian pembuatnya.
Referensi
Arifi, N. F. (2014). Tinjauan Desain Grafis Kaos Sablon Graffiti di Gardu House Jakarta. Yogyakarta. Â Surabaya: Jurnal Pendidikan Seni Rupa, 2(2), 19-28.
Avramidis, K., & Tsilimpounidi, M. (2016). Graffiti and street art: Reading, writing and representing the city. In Graffiti and Street Art (pp. 17-40). Routledge.
Castleman, C. (1982). Getting Up: Subway Graffiti in New York. MIT Press.
Chalfant, H., & Prigoff, J. (1987). Spraycan Art. Thames and Hudson.
Ganz, N. (2004). Graffiti World: Street Art from Five Continents. Harry N. Abrams.
Hunter, G. (2013). Street Art: From Around the World. Arcturus Publishing.