“Dosaku juga banyak, Sa.”
“Kenapa kita berdua malah bicara tentang dosa?”
“Kau sendiri yang bilang bermimpi masuk surga. Buat mimpimu jadi nyata, Sa.”
“Apa model sepertiku bisa masuk surga?”
“Yang kutahu ada pelacur masuk surga karena memberi minum anjing yang kehausan di tengah gurun pasir yang terik.”
Elsa mengangguk-angguk lalu diam, terus diam sampai kami masuk ke halaman parkir supermarket HERO. Aku mengambil tiket parkir dengan menekan tombol hijau, lalu kuparkir Honda Brio merah kami ini di ruang parkir yang masih lowong. Elsa masih diam saja, pandangannya tertumbuk ke kaca depan. Entah apa yang dia pikirkan. Kumatikan mesin mobil dan kulepas sabuk pengamanku. Kulihat Elsa juga berbuat hal yang sama, lalu berbarengan kami keluar dari mobil sambil menutup pintu. Kuaktifkan alarm pengaman, lalu aku menghampiri Elsa yang berdiri bersandar di samping pintu kiri mobil. Dia menggandengku dengan tangan kanannya sambil tersenyum, masih diam saja.
“Kau akan diam terus begini sampai kita selesai belanja? Daftar belanjaannya mana?” tanyaku bingung.
Elsa menunjuk bagian belakang kepalanya dengan tangan kiri, lalu mengacungkan jempol tangan kirinya itu.
“Kalau begitu aku yang mendorong kereta, kau yang mengambil barang belanjaannya.”
“Memang seperti itu.” kata Elsa setengah berbisik. “Terus gandeng aku begini sampai kita masuk ke HERO.”
“Nanti kita beli barang belanjaan sesuai keperluan atau lebih, Sa?”