Salah satu dari keenam fans garis keras itu berteriak padaku. “Mercon itu budaya kami sebagai orang Betawi tahu nggak lu? Lu aje bisanye mengkritik Batman dan Superman saja lu. Nih kami The Flash menuntut balas dendam!”
“Aku mengkritik film Batman v Superman atas dasar ilmu yang kumiliki, bukan asal mengkritik.”
“Berapa Rotten Tomatoes membayar gaji lu?”
Sungguh aku terperanjat mereka mengkaitkan hasil kerjaku mengulas film Batman v Superman dengan situs Tomat Busuk yang terkenal itu, situs yang berisi para kritikus film terkemuka dunia dalam bekerja menilai hasil karya seni bernama film dan memberikan skor 100% tomat segar untuk film yang sangat bagus dan berkualitas sangat tinggi. Aku tidak tergabung sama sekali dengan situs Tomat Busuk jadi kujawab saja pertanyaan iseng mereka itu dengan jawaban iseng. “Aku memang membayar para kritikus Tomat Busuk itu untuk memberi nilai buruk kepada film Batman v Superman.”
Serentak salah satu dari keenam orang itu memberi perintah komando dengan suara lantang. “SERANG KRITIKUS JAHANAM INI!”
Keenam fans garis keras itu melesat kencang mengepungku, tapi sigap aku melayang di udara satu meter di atas tinggi tubuh mereka berenam. “Ayo serang aku.” kataku mencoba tenang, menurunkan kadar emosiku.
Enam orang fans garis keras itu mendongak ke atas sambil melongo tanpa bisa berkata sedikit pun. Dengan sekali tendangan kaki kanan, aku bisa merobohkan mereka semua sampai pingsan berhari-hari, tapi aku tetap memilih diam melayang. Kutunggu reaksi mereka.
“Lu … superhero?” tanya salah satu fans garis keras yang terhuyung-huyung mundur ke belakang, lalu berbalik badan dan berlari kencang menjauh.
“PERGI KALIAN SEMUA!” bentakku sambil menyemburkan angin panas dari mulutku, membuat lima orang fans garis keras yang tersisa terlontar menjauh ke tepi jalan.
Setelah keenam orang fans garis keras itu kabur, aku segera turun menjejak tanah kembali. Tak ada yang melihat aksiku tadi karena lingkungan sekitar rumahku walau padat rumah penduduk tapi pagi ini tampak sangat sepi. Segera aku masuk rumah dan mengunci pintu, lalu aku segera masuk ke kamar mandi dan terkesiap saat Elsa tengah asyik berendam di bathtub yang penuh busa sabun wangi.
“Mereka sudah kabur tentunya?” tanya Elsa mengerling nakal kepadaku. “Bisa kurasakan dari sini kok.”