Mohon tunggu...
Septian DR
Septian DR Mohon Tunggu... Translator dan Wiraswasta -

TRANSLATOR & KOMIKUS

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pendekar Silat Lidah Bagian 2

3 Agustus 2016   11:21 Diperbarui: 3 Agustus 2016   11:29 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tampaknya rahasia kita terbongkar, Sa.” kataku santai masuk ke bilik shower di sebelah kiri lalu melepas semua pakaian yang kukenakan.

“Cepat atau lambat pasti terbongkar, Edwin.”

Aku menaruh kaos dalam dan celanaku yang kotor ke bak besar biru tempat cucian kotor yang sudah penuh dengan lingerie, celdam dan kutang Elsa, lalu kunyalakan shower dan kubasuh seluruh bagian tubuhku dengan air, mengenyahkan kotoran dan kuman yang lengket di seluruh tubuhku lalu kuguyur shower lagi, kuambil sabun cair rasa daun sirih segar lalu kutuang ke busa kuning yang tadi kuambil dari gantungan dinding shower, lalu setelah kucampuri shower sedikit langsung kubasuh ke seluruh tubuhku sampai segar, lalu kubilas seluruhnya sampai segar berseri, tak lupa kukeramas rambutku dengan sampo anti ketombe rasa lemon, kubilas rambutku. Kusiram lagi seluruh tubuhku dengan shower, lalu setelah semua usai, aku mengambil handuk hijau terang yang tergantung di gantungan dinding shower, terus kukeringkan seluruh tubuhku. Bersih, segar dan wangi kini seluruh tubuhku.

Setelah membebatkan handuk hijau terang menutupi bagian perut sampai lutut, aku berjalan keluar dari ruang shower, menoleh pada Elsa yang telah selesai berendam dan kini mengenakan kimono putih serta tengah menguras air bekas bathtub sampai bersih. Elsa buru-buru menyusulku keluar kamar mandi. “Mandi bebek ya kamu?” tanyanya sambil tertawa riang.

“Lebih cepat lebih baik, Sa. Sudah lapar ini, masak yuk? Tadi apa usulmu? Omelet orak-arik?”

Elsa mengangguk, lalu mengelus siku tangan kiriku dan cepat-cepat berlari masuk kamarnya sendiri, menutup pintu. Aku masuk ke kamarku sendiri. Setelah mengenakan kaos kuning Golok Setan karya seniorku Pak Mansyur Daman serta celana pendek selutut warna merah berpola garis hitam putih kecil-kecil, aku merapikan kamar tidurku.

Kubuka pintu kamarku dan kulihat Elsa mengenakan kaos pink bermotif silindris tanpa lengan dan celana jins biru gelap keluar dari dapur. “Habis sarapan kita belanja tengah bulan, Edwin.” katanya sambil menjentikkan jari tangan kirinya kepadaku.

Aku mengangguk sambil membalas menjentikkan jari tangan kananku kepadanya. “Sarapan sudah siap?”

“Ayo santap.”

Omelet orak arik buatan Elsa seperti biasa begitu lezat. Menurut penuturan Elsa sendiri saat memasak tadi – dan tidak sempat kusaksikan karena aku tengah membersihkan dan merapikan kamarku – dia mencampur dua telur bebek dengan garam dan sedikit gula tambah sedikit campuran tepung terigu dan irisan bawang putih serta cabe merah dan lada serta remasan tahu dan juga soun yang telah dia tiriskan. Elsa mencampur seluruh bahan tadi jadi satu di wajan dengan api panas dan hasilnya jadilah Omelet orak arik khasnya.

“Tante tak pernah memasak seperti ini untuk kamu?” tanya Elsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun