Sutradara - Skenario : SEPTIAN DR
Karakter : Joni Bong, Quentina Saverina, Sean Myring, Tejo Sulaksono, dll.
Â
FADE IN:
Â
OPENING TITLE
Â
EXT. GEDUNG DINAS AGENSI RAHASIA NEGARA  PEJAMBON JAKARTA – PAGI
Kamera menyorot dari atas dengan posisi Bird Eye View MEMPERLIHATKAN gedung dinas agensi rahasia Negara yang berbentuk kotak vertikal menjulang ke atas setinggi 20 lantai, lalu perlahan kamera bergerak ke bawah tepatnya MENUJU LANTAI 5.
INT. LANTAI 5 GEDUNG DINAS AGENSI RAHASIA NEGARA JAKARTA – PAGI
Kita melihat DUA ORANG BERDIRI SALING BERHADAPAN di depan pintu ruang direktur yang terbuka lebar. Di sebelah kiri SANG BAWAHAN, sang agen rahasia bernama JONI BONG, usia 26 tahun, tampan kulit kuning langsat, berambut hitam ikal, memakai tuxedo biru, dasi kupu-kupu biru yang menutupi kemeja putih dan celana panjang biru yang menatap SANG ATASAN bernama TEJO SULAKSONO, usia 52 tahun, gagah, kulit coklat, rambut pendek kelabu, kumis tipis kelabu pula, sang direktur utama dinas agensi rahasia negara.
TEJO
Sengaja datang sepagi ini.
(berdehem)
Kurasa AC sentral ini terlalu dingin.
Bukan begitu, Jon?
JONI
(mengangguk pelan penuh hormat)
Untuk tingkat kesejukan di pagi hari ini,
kadar suhu menunjukkan
lain dari biasanya, Pak.
Anda memanggil saya terlalu pagi.
TEJO
(tersenyum lebar)
Oh, sebenarnya kau tentu tahu.
Tugasmu hari ini menunggu
di kota kelahiranmu yang indah dan megah.
(bersiul riang)
Aku kangen Jogja, Dab.
(menepuk pundak Joni)
Laksanakan tugasmu, Jon. Oh ya,
temui dulu partnermu.
JONI
(kening berkerut)
Part-ner? Aku tak salah dengar?
(menggelengkan kepala)
Tak mungkin Bapak melakukan hal ini kepadaku.
Bapak juga tahu kalau aku ini selalu solo bekerja.
TEJO
Yang sekarang ini sungguh berbeda. Lebih …
rumit dan terlalu personal.
(berkacak pinggang dengan muka masam)
Kau tak bisa bekerja sendiri untuk tugas ini, Jon.
Ayo jalan sana, jangan tunda waktumu.
JONI
Baik, Pak.
(berjalan menjauhi Tejo)
Partnerku ini … Wok?
Â
TEJO
(melambaikan tangan pada Joni)
Dia … Wek. Kupilih yang
tampak cocok denganmu.
JONI
(berhenti berjalan dan menoleh pada Tejo)
Siapa dia, Bos?
TEJO
Quentina Saverina.
(mengacungkan jempol pada Joni)
Tiket dan segala keperluanmu sudah tersedia
di ruang tunggu khusus bandara.
Selamat bertugas, Joni.
(berjalan balik masuk ke ruangannya dan menutup pintu)
JONI
Quentina? Mantan Putri Indonesia itu?
(menggelengkan kepala dengan wajah muram)
Sial benar nasibku.
CUT TO:
INT. RUANG TUNGGU BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG – PAGI
Joni menaruh koper barangnya di samping kursi ruang tunggu bandara, lalu duduk membaca koran sambil sesekali mengedarkan pandangan pada semua orang dan terperanjat sambil menaruh koran di tempat duduk saat –
SEORANG WANITA CANTIK TINGGI SINTAL, kulit kuning langsat, berusia 26, berambut hitam panjang sepundak, memakai kaos merah dengan logo jantung hati putih di tengah dan celana jins biru gelap dengan tas punggung BERJALAN CEPAT MENDEKATI JONI. Dialah QUENTINA SAVERINA alias RINA.
RINA
(mengulurkan tangan sambil tersenyum ramah)
Kau pasti Joni. Namaku Rina.
Quentina … Saverina lengkapku.
JONI
Wow! Oh, maaf…
(berdiri menjabat tangan Rina)
Senang berjumpa denganmu.
Jadi kita … partner?
RINA
(mengangguk)
Semoga kau tidak keberatan, Joni.
Pesawat sudah menunggu.
CUT TO:
Â
EXT. LANDASAN PACU BANDARA SOEKARNO HATTA TANGERANG – PAGI
Pesawat Garuda Indonesia Airways lepas landas menuju Jogjakarta tepat pukul delapan pagi, lalu menyusul sekuen animasi jalur pesawat Jakarta-Jogjakarta.
CUT TO:
Â
EXT. BANDARA ADISUTJIPTO JOGJAKARTA – PAGI
Pesawat Garuda Indonesia Airways mendarat mulus di landasan Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
CUT TO:
Â
EXT. TEMPAT PARKIR BANDARA ADISUTJIPTO – PAGI
Joni dan Rina membawa tas masing-masing berjalan cepat mendekati para sopir taksi yang berlomba-lomba menawarkan diri. Rina menggelengkan kepala, memberi kode pada Joni untuk berjalan mengikutinya keluar tempat parkir.
JONI
Uh, panas.
(menatap langit)
Mana jemputan kita, Rin?
(menoleh ke kanan dan kiri)
RINA
(berkacak pinggang menatap Joni)
Teknokrat kita, S, sudah menunggu di sana.
Seratus meter lagi sebelah kiri jalan.
JONI
(nyengir)
Senjata apalagi yang dia sediakan untuk kita?
RINA
(mengibaskan rambut)
Standar saja, Joni. Namun ada nilai plusnya juga.
JONI
Haaa?
(mulut menganga menatap Rina)
Terkadang S terlalu absurd.
(mengusap dagu)
Aku tak pernah
bisa mengerti jalan pikirannya.
Aku berpikir A, dia langsung
pada pokok masalah CD.
Untung bukan celdam.
CUT TO:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI