Pasca masa pandemi Covid-19, Indonesia menjadi salah satu panggung utama perkembangan perusahaan teknologi atau startup. Menurut data dari Statista (2024), Indonesia memiliki 14 startup unicorn dan menjadi negara dengan unicorn terbanyak kedua di kawasan Asia Tenggara setelah Singapura yang memiliki 30 unicorn. Jumlah tersebut jauh melebihi Vietnam yang baru memiliki lima dan Malaysia yang baru menyentuh tiga unicorn.
Unicorn, istilah bagi startup yang memiliki valuasi lebih dari 1 miliar USD atau 15 triliun rupiah, menjadi indikator penting pertumbuhan ekosistem industri teknologi di suatu negara. Meskipun menghadapi tech winter, di mana pendanaan cenderung menurun, unicorn yang tumbuh pesat di Indonesia menunjukkan bahwa investor global masih menaruh kepercayaan pada sektor teknologi di tanah air.
Namun di awal tahun 2025 ini, informasi mengejutkan menghiasi pemberitaan nasional bahkan hingga internasional. Bloomberg dan The Straits Times mengabarkan bahwa salah satu unicorn Indonesia yaitu eFishery diduga melakukan pemalsuan keuangan sistematis. Dari investigasi yang masih berjalan, startup yang bergerak di bidang akuakultur ini memalsukan 75% angka-angka keuangannya!
Skandal ini tidak hanya mencoreng nama eFishery sebagai unicorn, tetapi juga mengguncang kepercayaan investor global pada ekosistem startup Indonesia.
Dari Harapan Besar ke Skandal Besar
Didirikan pada 2013, eFishery telah cukup lama menarik perhatian masyarakat dan investor. Dengan bisnis model berupa alat pakan ikan otomatis (eFeeder) serta ekosistem digital perdagangan ikan, startup ini menawarkan modernisasi industri perikanan di Indonesia. Sebuah cita-cita yang mulia dan menarik dari sisi bisnis. Apalagi CEO eFishery yaitu Gibran Huzaifah, kerap menekankan bahwa startup-nya berorientasi pada sustainabilitas dan profitabilitas.Â
Di awal operasinya, eFishery bahkan mengklaim telah mencapai profitabilitas dan tidak melakukan "bakar uang" seperti startup lainnya.Â
Narasi unik ini sukses menarik minat investor nasional hingga global. Pada pertengahan 2023, eFishery resmi menjadi unicorn di dengan dukungan sederet investor ternama di belakangnya seperti Softbank, Temasek, Sequoia Capital, hingga Northstar Group.Â
Namun, dibalik gemerlap kesuksesan ini, tersembunyi praktik kecurangan atau fraud yang mengguncang industri startup Indonesia. Investigasi terkini mengungkap bahwa eFishery melakukan penggelembungan pendapatan hingga 600 juta dollar AS atau setara Rp9,7 triliun. Alat pakan otomatis atau yang populer disebut eFeeder ternyata hanya ada sekitar 24.000 unit yang aktif, jauh dari yang dilaporkan sebanyak lebih dari 400.000 unit.Â
Fraud tersebut diduga dilakukan oleh manajemen eFishery sejak 2018, hingga pada Januari 2025, CEO-nya resmi diberhentikan.Â
Salah satu investor eFishery yaitu Patrick Walujo dari Northstar Group bahkan menyatakan bahwa fraud ini sangat memalukan dan merusak kredibilitas komunitas startup Indonesia.Â
Hal lain yang mengejutkan, diketahui bahwa pihak yang melakukan audit tahunan terhadap laporan keuangan eFishery adalah PwC dan Grant Thornton. Jelas bukan auditor yang biasa-biasa saja, bukan? Namun, dalam dunia bisnis yang sangat dinamis, apapun bisa terjadi. Â
Sisi Lain Dunia Startup
Melesatnya valuasi para startup hingga bernilai jutaan dollar AS tentu tidak lepas dari peran para Venture Capital atau biasa disebut VC. Para pemodal kelas kakap ini sejatinya adalah penghimpun modal dari para limited partner dari seluruh dunia. Bisnis VC adalah menginvestasikan modal ke startup-startup yang potensial hingga akhirnya mereka dapat memperoleh keuntungan dari penjualan saham perusahaan tersebut.Â
Bisnis model ini sangat berisiko tinggi karena startup adalah perusahaan baru yang umumnya diinisiasi anak-anak muda dengan ide bisnis berbasis teknologi yang pasarnya belum teruji. Riset dari Startup Genome (2023) juga menunjukkan bahwa sekitar 90% startup berujung pada kegagalan.Â
Oleh karena itu, bisnis startup selalu beriorientasi pada valuasi atau nilai perusahaan. Matriks yang menjadi patokan juga umumnya berfokus pada pertumbuhan baik dari sisi pengguna maupun transaksi.Â
Para startup dan VC yang menjadi investor lantas saling beradu narasi terkait potensi masa depan dan pertumbuhan yang eksponensial. Agar ada investor baru yang masuk dengan harga yang lebih besar, atau semakin menarik dijual di pasar modal.Â
Dalam skandal eFishery, bagaimana bisa para VC global seperti Softbank, Sequoia, dan Temasek menempatkan jutaan dollar AS tanpa sedikitpun mengetahui praktik fraud yang sudah terjadi bertahun-tahun.Â
Atau ya mungkin memang bisa terjadi. Dengan segala cara, manajemen eFishery berhasil menyilaukan mata para investor.Â
Kasus ini menjadi pelajaran yang sangat mahal bagi komunitas startup Indonesia. Kepala Inkubator Bisnis ITB, Dina Dellyana, mengungkapkan bahwa skandal eFishery ini dapat berdampak sistemik pada ekosistem startup di tanah air. Investor global kini diperkirakan akan berpikir lebih panjang dan berhati-hati sebelum berinvestasi ke startup asal Indonesia.Â
Padahal jumlah investasi yang masuk ke industri startup cenderung semakin terbatas, atau sering disebut sebagai masa tech winter. Laporan dari DSInnovate (2023), pendanaan startup di Indonesia selama 2022 menurun hingga setengahnya dibandingkan tahun 2021.Â
Dengan adanya skandal eFishery, tingkat kepercayaan investor global pada startup asal Indonesia dapat semakin menurun.
Skandal eFishery ini juga bukan yang pertama kali terjadi di industri startup. Di level internasional, ada Theranos, WeWork, dan FTX, yang mencapai valuasi raksasa, namun ternyata banyak pemalsuan dalam hal operasional maupun keuangan.
Apalagi industri startup tanah air juga baru diterpa masalah kolapsnya Investree dan Koinworks, yang meskipun bukan unicorn namun juga memiliki eksposur besar di sektor keuangan. Para unicorn jagoan seperti Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak, juga terlihat masih sulit untuk bisa bersaing dan menumbuhkan profitabilitas.Â
Industri startup yang banyak menjual cerita sukses dan teknologi kekinian itu menghadapi semakin banyak tantangan. Seperti menghadapi seleksi alam, yang benar-benar tangguhlah yang akan bertahan dan jadi pemenang di dunia nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI