Masa-masa sulit dan gagal dalam berbisnis juga berulang kali dialaminya.
Saat adiknya, Tjia Kian Tie, mendapatkan beasiswa belajar ke Belanda, Om William memutuskan untuk ikut serta sekaligus menemani sang adik, karena kondisi adiknya yang sering jatuh sakit.
Di Belanda, Om William belajar di semacam sekolah kejuruan mengenai usaha penyamakan kulit. Saat tiga tahun berselang, ia pun kembali ke Indonesia dan mendirikan usaha penyamakan kulit.
Seiring perkembangan bisnisnya, Om William mendirikan CV Sanggabuana yang juga bergerak di bidang ekspor impor. Namun apesnya, suatu ketika beliau ditipu oleh mitra usahanya, bahkan hingga harus berujung di penjara.
Beruntung, sebulan kemudian Om William akhirnya dibebaskan karena memang tidak ada bukti kuat atas tuduhan mitra usahanya.
Om William beserta saudara dan sahabat-sahabatnya pun melanjutkan usahanya. Hingga pada tahun 1957, mereka mendirikan Astra Internasional.
Ya, sejak dulu namanya memang ada "Internasional" nya, karena meskipun saat itu usahanya masih kecil, namun mereka memiliki cita-cita agar Astra bisa berkiprah di level internasional, dan tentu saja agar namanya terlihat lebih mentereng.
Nama Astra sendiri terinspirasi dari nama mitologi Yunani kuno yaitu "Astrea" yang berarti dewi yang terbang tinggi dan menjadi bintang.
Sejak saat itu, bisnis Astra terus melesat. Hingga Om William berhasil meyakinkan Toyota Motor Company untuk bekerja sama menjual mobilnya di Indonesia melalui Astra.
Kerjasama dengan Toyota mendorong percepatan usaha dan ekspansi Astra ke berbagai lini bisnis lainnya seperti percetakan, properti, dan perkebunan. Segalanya menjadi sangat cepat bagi laju bisnis Astra.