Negeri paman Sam juga sudah menghabiskan banyak uangnya untuk membiayai perang hingga utang negara menjulang tinggi. FYI, sejak tahun 2013 utang negara AS tercatat lebih tinggi dibanding national economic output atau Produk Domestik Bruto (PDB).
Data CEIC tahun 2020 menunjukkan rasio utang AS telah menembus 125% dibanding PDB. Sebagai perbandingan rasio yang sama negara China adalah sekitar 20%.
Selain itu kekuatan US Dollar sebagai simbol hegemoni ekonomi AS juga mulai didekati oleh China Renmibi atau Yuan, yang makin banyak digunakan di transaksi perdagangan internasional.
Apalagi kebijakan pemerintahan AS yang cenderung melakukan "printing money" secara masif setiap terjadi krisis, sehingga secara tidak langsung mendorong devaluasi mata uang secara global. Ingat prinsip ekonomi, semakin banyak barang beredar (dalam hal ini US Dollar) maka akan cenderung semakin turun nilainya, apalagi jika ekonomi AS menurun atau bahkan tersaingi China.
Konflik AS dan China memang tidak atau belum mengarah ke konfrontasi militer, namun proxy war telah dimulai sejak China mulai mengusik hegemoni American Bald Eagle sebagai raja ekonomi dunia.
Negeri yang dijuluki "The Melting Pot" ini mungkin tidak akan kehilangan tahtanya dalam waktu dekat, bahkan bisa jadi masih akan bertahan jika mereka lebih waspada. Namun melihat berbagai realita saat ini, jelas AS tidak bisa terus jumawa.
Melihat momentum ini, ada salah satu quotes dari buku Ray Dalio yang menarik untuk dijadikan pelajaran, hal yang sederhana namun sulit untuk diterapkan di era kapitalisme seperti saat ini.
"As for what we need to do, earn more than we spend and treat each other well"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H