ByteDance tidak berhenti di situ, berbagai aplikasi terus coba dikembangkan.
Berawal dari Douyin, aplikasi short form video, ByteDance mulai dikenal luas di daratan China. Meskipun banyak juga yang meremehkan karena saat itu Douyin dianggap hanya sebagai "copycat" dari aplikasi serupa yang lebih populer secara global yaitu Musical.ly.
Namun secara mengejutkan, ByteDance justru mampu mengakuisisi Musical.ly pada 2018 dan merilis brand aplikasi baru yaitu TikTok.
Banyak yang menyangsikan bahwa TikTok akan mampu sukses secara global, namun ternyata ByteDance membuktikan bahwa mereka mampu. TikTok kini menjadi salah satu aplikasi mobile paling populer di dunia saat ini dengan sekitar 800 juta pengguna aktif.
Jalan kesuksesan ByteDance ternyata tidak mulus, pada tahun 2019, TikTok diblokir oleh pemerintah AS dan India karena diindikasikan menghimpun data-data pengguna secara ilegal dan isu konten pornografi. Di Indonesia, TikTok juga pernah diblokir atas kondisi yang hampir sama.
Namun ternyata itu tidak menghambat laju TikTok, justru aplikasi ini makin dikenal luas secara global karena permasalahannya dengan beberapa pemerintahan negara.
TikTok seperti menjadi Bad Boy yang makin digemari milenial di saat para pejabat-pejabat berdasi lantang menentangnya.
Di tengah berbagai kontroversi, konten-konten viral pun bermunculan, para artis dan tokoh pun mulai melirik TikTok sebagai media sosial mereka. Jadilah boom! TikTok justru makin meroket.
ByteDance pun mampu meraup pendanaan-pendanaan dengan nilai jumbo dari pemodal strategis seperti General Atlantic, Sequoia Capital, dan Morgan Stanley, yang mengerek valuasi mereka melesat to the moon.
Apa Hebatnya ByteDance?
Melihat kesuksesan TikTok, banyak yang tidak tahu bahwa lini bisnis ByteDance tentu tidak hanya TikTok.