Di sisi lain, Gojek juga telah merampungkan akuisisi Bank Arto dan kini mengganti namanya menjadi Bank Jago. Jika Gojek benar bergabung dengan Tokopedia, tentu akan membuat Tokopedia dan Shopee memiliki amunisi yang sama kuat dalam hal pondasi finansial.
Selain itu, Gojek yang memiliki pengalaman dalam bidang transportasi tentu dapat membuka jalan bagi Tokopedia untuk mengembangkan model bisnis jasa pengiriman barang.
Akhir-akhir ini Tokopedia juga mulai mengadopsi formula "gratis ongkir" ala Shopee, jika dapat membentuk perusahaan jasa pengiriman barang (mungkin namanya Go-Pedia atau TokJek, hehe) tentu akan menjadi amunisi yang sangat penting dalam menghadapi perang gratis ongkir.
Awal Era "Tech Stock"?
Rencana merger Gojek dengan Tokopedia tidak lepas dari isu bahwa dua perusahaan ini akan melantai di bursa atau Initial Public Offering (IPO). Gojek dan Tokopedia dikabarkan masih menimbang-nimbang akan IPO di bursa Indonesia, Amerika Serikat, atau bahkan keduanya (dual listing).
Valuasi Gojek dan Tokopedia jika digabungkan ditaksir mencapai Rp500 triliun, digadang-gadang akan menjadi IPO paling spektakuler di Indonesia.
Gojek-Tokopedia akan menjadi tonggak baru saham teknologi atau "Tech Stock" di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Fakta menarik, pasar saham di negara maju seperti Amerika Serikat dan China, kini didominasi oleh perusahaan-perusahaan teknologi.
Berdasarkan data Statistik tahun 2020, sebanyak 7 dari 10 perusahaan dengan market capitalization terbesar di dunia adalah tech stock. Tujuh raksasa korporasi dunia itu adalah Microsoft, Amazon, Apple, Alphabet/Google, Facebook (Amerika Serikat), dan Alibaba, Tencent (China).
Tech stock memiliki keunikan tersendiri, di era saat ini di mana teknologi mampu menciptakan lompatan-lompatan inovasi, membuat nilai sahamnya melesat lebih cepat daripada saham sektor lainnya.
Nah, jika Gojek dan Tokopedia mampu melantai di bursa tentu akan membuat pasar modal Indonesia semakin seru.