Singapura dikenal sebagai salah satu negara bisnis terbaik di dunia, banyak aktivitas perdagangan skala internasional berbasis disana. Namun, awal tahun 2020 ini menjadi mimpi buruk bagi dunia bisnis di negeri merlion.
Perang dagang AS vs China, pandemi Covid-19, ditambah perang harga minyak Saudi vs Rusia, membuat bisnis trading berdarah-darah.
Terbaru, salah satu trader minyak terbesar di Singapura yaitu Hin Leong (Pte) Ltd terungkap menyembunyikan kerugian hingga USD 800 juta! Wow.
Bagaimana bisa tidak ada yang tahu? apa tidak keuangannya tidak diaudit?
FYI, kantor akuntan publik yang melakukan audit keuangan tahun 2019 adalah Deloitte & Touche LLP, salah satu Big Four, bukan sembarang pemeriksaan (seharusnya...).
Lalu, siapa sebenarnya Hin Leong? dan apa yang terjadi?
Skandal Keuangan
Hin Leong didirikan oleh Lim Oon Kuin sejak tahun 1963, berawal dari hanya bermodal 1 kapal kecil untuk mensuplai minyak kemudian berkembang hingga memiliki lebih dari 100 kapal tanker raksasa.
Jelas bukan bisnis instan yang abal-abal. Majalah TIME pun menyebut Hin Leong sebagai One of the World's Largest Oil Trading Firms.
Pada posisi 31 Oktober 2019 pun Hin Leong masih mencatatkan laba USD 78 juta, namun secara mengejutkan Maret lalu, Lim Oon Kuin mengaku menyembunyikan kerugian hingga USD 800 juta.
Lim Oon Kuin menyatakan bahwa ia yang menyuruh bagian keuangan untuk menyembunyikan pencatatan kerugian tersebut, dengan harapan permasalahan harga minyak akan segera berlalu.
Namun nyatanya, harga minyak makin jungkir balik, apalagi ketika Pangeran Salman dari Saudi perang harga habis-habisan dengan Rusia. Minyak yang dulu dibeli Hin Leong dengan harga di atas 50 dolar/barel harus dijual 30 dolar/barel.