Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jika Gojek "Go Public", Akan Menjadi Seperti Apa Bisnisnya?

20 Maret 2018   19:06 Diperbarui: 21 Maret 2018   08:06 1750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://angel.co

Perusahaan rintisan atau biasa disebut startup asal Indonesia, Gojek, tidak berhenti membuat orang-orang terkejut. Dalam kurun waktu 7 tahun sejak didirikan, perusahaan berwarna dominan hijau ini telah menjelma menjadi salah satu unicorn startup di Indonesia dengan valuasi mencapai USD 1,5 miliar atau Rp 68,41 triliun. Dengan valuasi sebesar itu, Gojek bahkan telah melebihi nilai pasar perusahaan transportasi nasional seperti Garuda Indonesia yang bernilai sekitar Rp12 triliun dan Blue Bird Rp9 triliun (sumber TechCrunch). Wow.

Baru-baru ini sang bos, Nadiem Makarim, mengutarakan bahwa perusahaan berbasis ojek online ini berencana untuk go public atau menggelar Initial Public Offering (IPO). Meski masih dalam perencanaan, tentu langkah tersebut disambut antusias oleh para pelaku pasar.

Nadiem mengungkapkan jika langkah go public mungkin baru dapat direalisasikan tahun depan, karena harus melalui beberapa tahap persiapan. Diantaranya menunggu diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tentang kapitalisasi perangkat lunak (software). Disamping itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio juga menjelaskan bahwa sedang disiapkan kategori perusahaan listing yang baru, yaitu teknologi dan hiburan.

Terbitnya aturan-aturan tersebut, diharapkan dapat mendorong perusahaan-perusahaan teknologi dan bidang kreatif lainnya untuk melantai di bursa. Dengan segala langkah tersebut, Gojek berpotensi menjadi startup pertama yang go public, ditambah lagi unicorn lainnya seperti Traveloka dan Bukalapak, dunia pasar modal Indonesia akan semakin menarik.

Harta Karun Gojek

Berawal dari ide memberdayakan tukang ojek dan memberikan solusi alternatif atas kemacetan akut di Jakarta, tidak ada yang menyangka Gojek akan melesat secepat ini. Nama-nama besar berebut untuk menanamkan modalnya, mulai dari Google, Temasek, Sequoia, JD, Tencent, hingga konglomerasi nasional seperti Astra dan Djarum. Apa yang membuat Gojek begitu menarik bagi para investor?.

Melakukan evolusi terhadap bisnis ojek, kini si helm hijau telah berkembang menjadi one stop service application, pelanggan dapat melakukan pemesanan berbagai macam barang dan pekerjaan dengan cepat melalui aplikasi. Hingga saat ini tercatat kurang lebih 18 layanan yang telah disediakan, mulai dari jasa kurir, pemesanan makanan, hingga kebersihan.

Belum lagi dengan adanya GoPay, layanan pembayaran elektronik yang dapat digunakan untuk semua layanan Gojek. Dalam waktu singkat GoPay telah melesat menjadi salah satu e-payment yang sangat populer di Indonesia, memberi tingkat persaingan yang sulit ditebak oleh kalangan perbankan yang cenderung kebingungan merespon pasar e-payment.

Gojek mengklaim memiliki lebih dari 15 juta pengguna aktif mingguan dan 100 juta transaksi per bulan. Dengan armada sekitar 900 ribu mitra pengemudi dan 125 ribu mitra penyedia layanan, Gojek memiliki "amunisi" yang sangat kuat untuk mengembangkan jaringan bisnisnya. 

Apalagi berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) disebutkan penetrasi penggunaan internet d Indonesia masih sekitar 54,68 persen dari total penduduk dan sebagian besar atau 57,70% pengguna berasal dari Pulau Jawa. Sehingga potensi pertumbuhan bisnis masih sangat terbuka lebar.

Keunggulan Gojek dengan 18 layanan online, aplikasi berbasis location, ditambah popularitas Gopay membuat Gojek memiliki infrastruktur untuk melakukan penggalian data customer atau data mining yang kuat. Data-data mengenai customer profile, behavioral demand, hingga distribution marketing saat ini menjadi harta karun paling berharga dalam dunia bisnis modern.

Evolusi GoPay

Investasi miliaran dolar dari perusahaan-perusahaan global serta miliaran rupiah dari raksasa nasional seperti Astra dan Djarum tentu bukan tanpa tujuan bisnis yang sederhana. Aset yang paling menarik bagi para investor diperkirakan adalah GoPay. Seperti disebutkan sebelumnya, adanya uang elektronik membuat data mining Gojek semakin powerful. Lebih jauh, dengan adanya e-payment, korporasi ojek online ini tidak hanya memiliki data terkait pemesanan ojek, tapi juga behavioral payment, budget profile hingga potensi kerjasama dengan banyak pihak, mulai dari perbankan, UMKM hingga branded  merchant.

Saat ini GoPay memang hanya bisa dipakai untuk transaksi layanan Gojek, namun dengan kekuatan modal, dukungan dari regulator, dan masyarakat, laju GoPay diprediksi tak terbendung. Sang CEO, Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa tidak lama lagi, GoPay akan dapat digunakan untuk bertransaksi untuk layanan berbagai merchant di luar Gojek.

Untuk memperkuat pondasi GoPay, tim Gojek telah mengakuisisi 3 perusahaan financial technology (fintech) ternama yaitu Midtrans, layanan simpanan dan peminjaman dana, Mapan, penyedia layanan sistem pembayaran, dan Kartuku, startup bisnis kartu. Bisa dibayangkan kuatnya ekosistem bisnis dan evolusi fintech yang akan dibentuk GoPay. Namun ekspansi pesat GoPay tidak mulus begitu saja, Bank Indonesia (BI) selaku regulator mengisyaratkan akan meneliti lebih lanjut akuisisi yang dilakukan GoPay. BI berpendapat bahwa setiap rencana akuisisi terkait keamanan dan perlindungan konsumen harus mendapat persetujuan dari regulator, agar aspek pengaturan dan keamanan sistem dapat dipastikan.

Jika akuisisi ini berjalan dengan lancar dapat dipastikan GoPay akan melaju semakin kencang. Saat ini cara pembayaran GoPay memang masih in app secara penuh, namun dengan dorongan investasi besar tersebut peluang untuk berevolusi menjadi all in one business app sangat terbuka. Kekuatan utama Gojek adalah mampu membuat promosi yang kuat dalam membentuk customer behavior.

Gojek memang harus ambisius, data Statista meperkirakan nilai transaksi fintech Indonesia diperkirakan mencapai US $17,67 miliar pada 2017 dan akan melejit menjadi US $38,52 miliar pada 2022. Peluang tersebut tentu dibidik oleh Gojek dan para investor-investor besar dibelakangnya. Namun tentu saja, Gojek tidak boleh terlena, isu digital security yang sekarang makin marak harus diperhatikan. Kita tentu tidak ingin dengan semakin majunya digital society namun semakin dihantui potensi fraud seperti skimming, phising dan hacking. 

Jika terus melanju on the track,perusahaan penyedia tukang ojek ini akan berevolusi menjadi all in one business app andalan Indonesia. Diharapkan dengan melesatnya Gojek dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat di sektor riil seperti semakin terbukanya lapangan pekerjaan tukang ojek/kurir, programmer, hingga entrepreneur UMKM. Kita akan bersama-sama menyaksikan evolusi Gojek.

Septian Ananggadipa

Jakarta, Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun