Evolusi GoPay
Investasi miliaran dolar dari perusahaan-perusahaan global serta miliaran rupiah dari raksasa nasional seperti Astra dan Djarum tentu bukan tanpa tujuan bisnis yang sederhana. Aset yang paling menarik bagi para investor diperkirakan adalah GoPay. Seperti disebutkan sebelumnya, adanya uang elektronik membuat data mining Gojek semakin powerful. Lebih jauh, dengan adanya e-payment, korporasi ojek online ini tidak hanya memiliki data terkait pemesanan ojek, tapi juga behavioral payment, budget profile hingga potensi kerjasama dengan banyak pihak, mulai dari perbankan, UMKM hingga branded  merchant.
Saat ini GoPay memang hanya bisa dipakai untuk transaksi layanan Gojek, namun dengan kekuatan modal, dukungan dari regulator, dan masyarakat, laju GoPay diprediksi tak terbendung. Sang CEO, Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa tidak lama lagi, GoPay akan dapat digunakan untuk bertransaksi untuk layanan berbagai merchant di luar Gojek.
Untuk memperkuat pondasi GoPay, tim Gojek telah mengakuisisi 3 perusahaan financial technology (fintech) ternama yaitu Midtrans, layanan simpanan dan peminjaman dana, Mapan, penyedia layanan sistem pembayaran, dan Kartuku, startup bisnis kartu. Bisa dibayangkan kuatnya ekosistem bisnis dan evolusi fintech yang akan dibentuk GoPay. Namun ekspansi pesat GoPay tidak mulus begitu saja, Bank Indonesia (BI) selaku regulator mengisyaratkan akan meneliti lebih lanjut akuisisi yang dilakukan GoPay. BI berpendapat bahwa setiap rencana akuisisi terkait keamanan dan perlindungan konsumen harus mendapat persetujuan dari regulator, agar aspek pengaturan dan keamanan sistem dapat dipastikan.
Jika akuisisi ini berjalan dengan lancar dapat dipastikan GoPay akan melaju semakin kencang. Saat ini cara pembayaran GoPay memang masih in app secara penuh, namun dengan dorongan investasi besar tersebut peluang untuk berevolusi menjadi all in one business app sangat terbuka. Kekuatan utama Gojek adalah mampu membuat promosi yang kuat dalam membentuk customer behavior.
Gojek memang harus ambisius, data Statista meperkirakan nilai transaksi fintech Indonesia diperkirakan mencapai US $17,67 miliar pada 2017 dan akan melejit menjadi US $38,52 miliar pada 2022. Peluang tersebut tentu dibidik oleh Gojek dan para investor-investor besar dibelakangnya. Namun tentu saja, Gojek tidak boleh terlena, isu digital security yang sekarang makin marak harus diperhatikan. Kita tentu tidak ingin dengan semakin majunya digital society namun semakin dihantui potensi fraud seperti skimming, phising dan hacking.Â
Jika terus melanju on the track,perusahaan penyedia tukang ojek ini akan berevolusi menjadi all in one business app andalan Indonesia. Diharapkan dengan melesatnya Gojek dapat mendorong perkembangan ekonomi masyarakat di sektor riil seperti semakin terbukanya lapangan pekerjaan tukang ojek/kurir, programmer, hingga entrepreneur UMKM. Kita akan bersama-sama menyaksikan evolusi Gojek.
Septian Ananggadipa
Jakarta, Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H