Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perjalanan Cinta dari Madina

16 April 2017   22:03 Diperbarui: 17 April 2017   07:00 1231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses baggage handling memerlukan waktu cukup lama sekitar 1 jam jadi cukup melelahkan juga nunggu di tengah malam, apalagi bagi jamaah yang sudah tua. Ada yang unik di Bandara Madina ini, beberapa dari jamaah termasuk saya dan istri sempat merasakan setruman-setruman kecil saat memegang benda, zzzttt 1-2 detik gitu, aneh memang, hehe. Infonya sih, sensasi setruman itu karena banyak hal antara lain kekurangan kalsium dan magnesium atau kelebihan vitamin B6, mungkin efek penerbangan cukup panjang, badan yang kurang fit dan perubahan suhu/cuaca. 

Ada juga yang bilang jika penerbangan ke Madina melewati Jabal Magnit atau dataran yang mengandung magnit, Waallahu'alam. Setelah selesai urusan di Bandara kami berangkat menuju hotel di dekat Masjid Nabawi. Selama perjalanan menuju Masjid Nabawi, menyusuri jalan-jalan kota Madina yang sepi, hingga akhirnya terlihat cahaya yang sangat terang di tengah gelapnya kota.. ya itu cahaya Masjid Nabawi yang sangat indah, hangat dan bersahaja. Allahuma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad.

Sampai di hotel sekitar pukul 02.00 WAS kami baru bisa masuk hotel, dan jam 03.00 para jamaah pria diminta berkumpul untuk bersama-sama pergi ke Masjid untuk berdoa di Raudlah. Sering kami mendengar cerita tentang Raudlah, taman surga yang merupakan suatu tempat di Masjid Nabawi, terletak diantara mimbar Rasulullah SAW dengan makamnya, tapi merasakan akan mengunjunginya akan membuat kita bergetar, gugup, senang dan penuh syukur. 

Jam 03.00 kami berangkat menuju Masjid Nabawi, kebetulan lokasi hotel cukup dekat dengan Masjid, sekitar 10 menit berjalan kaki. Nuansa Masjid Nabawi saat waktu subuh akan sangat melekat dalam ingatan, angin sejuk berhembus, perasaan damai menyelimuti hati, dan kekaguman cahaya terang Masjid Rasulullah.

sumber: ainulmalik.com
sumber: ainulmalik.com
Pesona Cinta Masjid Nabawi

Masjid Nabawi berdiri megah di tengah kota Madina, pelataran masjid membentang sangat luas dihiasi payung-payung raksasa yang berjajar rapi menaungi para jamaah. Luas Masjid Nabawi saat pertama kali dibangun Nabi Muhammad SAW sekitar 50 meter x 50 meter, seiring perkembangan zaman, serta makin banyaknya jamaah, kini luas kompleks masjid mencapai sekitar 135.000 meter persegi dan dapat menampung lebih dari 500.000 jamaah

Masjid Nabawi memiliki kurang lebih 250 payung raksasa yang biasanya terbuka saat selepas waktu subuh dan menutup di saat senja menjelang maghrib. Bangunan masjid memiliki sekitar 25 pintu yang sangat indah, berdiri tinggi dengan material sepuhan emas, serta ukiran-ukiran indah membuat siapapun tak henti mengucap syukur dan salam ketika memasuki kompleks Masjid.

Setelah masuk ke bangunan masjid kami langsung menuju Raudlah yang terletak di diantara mimbar Nabi dan makam Nabi, ditandai dengan karpet berwarna hijau.

“Diantara rumahku dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga” (H.R. Bukhari-Muslim).

Dihiasi ornamen emas, hijau dan putih, nuansa di Raudlah begitu indah, kami tak henti mengucap salam menandai kerinduan kami pada Rasulullah SAW. Suasana di Raudlah selalu ramai dipenuhi jamaah, saling dorong menjadi pemandangan yang biasa, dengan mengucap Bismillah, dengan kesabaran dan perjuangan kita masih bisa berjuang untuk bisa sholat dan berdoa di tempat ini. 

Jangan heran bila disini banyak jamaah yang melintas di depan orang sholat, hingga saling dorong demi lebih dekat dengan makam Nabi Muhammad SAW. Air mata tak sanggup dibendung saat sholat dan berdoa di tempat ini, membayangkan bagaimana dahulu perjuangan Rasulullah hijrah ke Madina, membangun islam dengan kesederhanaan dan kecintaan pada umatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun