“Kita harus ikhtiar untuk memperoleh kehidupan yang abadi di alam yang fana ini. Duduk dengan nyaman dan meminta surga itu tidak mungkin! Aku tidak seberani itu meminta surga dengan duduk nyaman. (Baiduzzaman Said Nursi)”
Disamping napak tilas sejarah Turki Utsmaniyah dan kisah perjuangan Said Nursi, novel ini juga menghadirkan cita rasa keindahan traveling di negeri Turki serta romansa cinta manusia. Perjalanan Fahmi untuk menapak tilas sejarah islam membawanya hadir di tempat-tempat indah seperti sudut-sudut kota Istanbul, masjid Aya Sofia, museum Jalaluddin Rumi, kedai kopi Tahmis Kahvesi, danau Egirdir hingga kota cinta Konya. Membaca buku ini juga sedikit-sedikit akan jadi referensi kalo mau trevelling ke Turki, hehe. Eits, tak lupa kisah cinta yang dibalut nuansa islam khas Kang Abik sangat mengagumkan. Saya sampai berkaca-kaca ketika membaca ending-nya, ehehe. Ujung kisah yang tak terduga pasti akan membuat pembaca merinding, apalagi dengan keshalihan para tokohnya yang membuat kita bercermin bahwa dengan segala kelebihan yang kita miliki, kita harus selalu rendah hati dan bertakwa memohon ridho-Nya karena Dia yang maha membolak-balik hati dan jiwa.
Overall, saya sangat bersyukur ada novel sejarah roman yang berkualitas seperti Api Tauhid ini, dan saya sangat excited membacanya sampai selesai, hehe. Beberapa kritik mungkin ada beberapa typo yang membuat agak bingung di tengah-tengah cerita. Secara umum, novel ini sangat cocok bagi pembaca yang gemar menyelami sejarah, tapi bagi pembaca awam pun menyelami dunia Turki akan sangat menyenangkan. Ada sebuah quote juga di buku ini tapi saya lupa yang mengucap siapa, hehe. “Barang siapa melupakan sejarah, niscaya suatu saat dia akan jatuh pada kesalahan yang sama seperti masa lalu.” Nah jadi membaca buku ini akan sangat banyak manfaatnya, hehe sarat makna tentang pelajaran kehidupan dan islam. Oiya, Baiduzzaman Said Nursi ini hidup di era yang hampir sama dengan Syaikh Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdatul Ulama) dan KH. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), tentu kita semua tahu besarnya sumbangsih NU dan Muhammadiyah bagi Indonesia, saya harap suatu saat akan ada novel atau buku berkualitas yang menceritakan dua tokoh ini, hehe. Sungguh tanah air yang kita cintai ini pasti juga memiliki sejarah panjang islam yang memiliki sejuta makna.
Septian Ananggadipa
Jakarta, 31-12-2015
Sumber gambar :