Manusia memang tidak pernah sama, begitu juga dengan kotanya.
Semarang yang sederhana, berusaha maju dengan tetap apa adanya.
Lumpia yang biasa, kini mulai dewasa, di etalase pun mereka ada.
Meski tidak setenar Starbucks… di Semarang, Lunpia tetap dicinta.
Saya terlahir dan berumah di kota Lumpia ini, dan senang rasanya bisa memberi secarik kritik dan harapan agar Semarang jadi lebih indah. Bagi para perantau, rumah memang selalu dirindukan, heinamun ada perantau yang lebih hebat lho yaitu bisa membuat tempat perantauannya senyaman rumahnya. Saya pun masih belum bisa sehebat itu, hehe. Dari manapun kita “berumah”, sampai jumpa dan selamat berjuang kembali demi selangit mimpi :)
Septian Ananggadipa
Semarang-Jakarta, 26 Juli 2015.