Mohon tunggu...
SEPTIARUHTA
SEPTIARUHTA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menggenggam Bara Api

Anak Sasian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jaim Tak Jaiz

11 Maret 2021   12:07 Diperbarui: 11 Maret 2021   12:18 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan, karna ia bukan kemuliaan biasa. Tinggi derajatmu di dataran biru ini dengan gelarmu sang mukmin, kian meninggi dalam tempat dan martabat di kehidupanmu nanti, kehidupan yang tak mampu kuas ini memberimu sketsa, ia adalah jaiz. Izzahmu adalah kemuliaanmu saat ini dan menjaganya kunci kemuliaanmu esok hari serta nanti.

Levelmu itu ...

Mungkin terlampau indah harapan itu sehingga bagimu cukup saja untuk sekedar jaim, selagi dia menerimamu dengan segala pikir baiknya tentangmu. Taukah kamu? Jika itu ujarmu bahkan aku tak mampu menerimamu di level satu, jaim bukan level seorang muslim.

Sekejap sama, namun keduanya berbeda saat kau mendalaminya. Jika yang satu hanya sekedar topeng maka yang lainya adalah oplas, definisinya adalah terlihat baik dan menjadi baik merupakan dua hal yang berbeda. Sejatinya kebaikan itu sudah menjadi fitrah yang ada pada setiap jiwa, hanya satu, dua, tiga kali atau lebih perlu disterilisasi saja, tapi tak cukup hanya sekedar memoles permukaan karna tak maksimal bersihnya.

Di perjalanan panjangku sampai huruf ini, aku tak mengenalmu yang tak mau menjadi baik. Jaim sendiri adalah bukti bahwa hatimu haus akan kebaikan. Biar aku berkata, aku adalah Islam dan tak semua hal yang menurutmu baik adalah kebaikan. Opinimu bahwa kebaikan adalah saat ridho mereka yang kau dapatkan, maka selamanya kebaikan itu tak ada. Ridho manusia adalah tujuan yang tak akan tercapai, dan kata orang adalah bahan yang tak ada habisnya. Postif atau negative dari ruhmu akan melahirkan simpang siur kabar burung. Sedang ridha-Nya adalah kepastian, wasilahnya adalah kebaikan, sebuah kebaikan alami sebagai karunia Illahi yang tlah kau miliki, namun perlu untuk selalu dijaga, dialah izzah.

Yang tak ada diminta, dan yang ada sering terlupa, kamu adalah manusia.

Kemuliaan yang kau cari adalah ia yang telah kau miliki.

Jikalau kau jadikan seluruh air di lautan menjadi tinta, masih mustahil bagimu tuk menuliskan satu persatu kuasa-Nya. Maha benar Allah dalam segala firman-Nya, sungguh tak ada satu pun syariat yang tak mungkin untuk ditegakan oleh seorang hamba. Tidak hanya mengajarkan, Allah telah mengutus para rasul untuk menjadi teladan, menurunkan Kitab yang berisi ajaran dan telah disempurnakan dengan Al-quran.

Kemarilah! Akan aku ajak dirimu. Lihatlah! Sebaik itu kamu memandang sang teladan; Rasulullah shallallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya. Jika sempat, renungkanlah di beberapa detikmu ini saat dirimu yang menjadi objek pandangan itu! Betapa indahnya!

Sebuah keindahan amerta, tak seperti milik jaim yang fana. Setinggi itu kau ingin dilihat, maka sekeras itu kau harus menjaga.

Menyempitnya nyali, kurang percaya diri, dan takut akan perginya teman sejati menjadikanmu lebih menjaga image dari izzah diri. Harus kusadarkan, agamamu lebih utama untuk diselamatkan dari sekedar pertemanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun