Tiga tahun berlalu, sejak malam itu semua akses tentang Ryandra Samudera tidak bisa ku temukan. Aku kehilangan jejaknya sekali lagi. Dia pasti sudah lulus S1 sekarang. Sementara aku sedang melanjutkan pendidikan S1 karena memang keinginanku untuk menjadi guru. Waktu yang panjang untukku akhirnya bisa berjuang tanpa dia.Â
Suatu saat  sedang berteduh menikmati kopi hangat di sebuah kafe, aku bertemu dengannya. Dia tak sendiri, digandeng nya tangan mungil seorang anak laki-laki tampan berkulit putih yang tersenyum. Dibelakangnya muncul seorang wanita yang pernah aku lihat mengisi foto di Facebook Ryandra Samudera beberapa tahun lalu.  Aku menutupi wajahku dengan buku menu, berusaha agar mereka tidak melihatku. Saat melintas disampingku, aku mendengar anak laki-laki itu berbicara pada Samudera. "Yah, aku mau es krim coklat yaa?" Suaranya menggemaskan meski masih belum lancar berbicara. Tapi cukup jelas untuk meyakinkanku bahwa Samudera telah melanjutkan hidupnya bersama dengan pilihan orang tuanya.
"Dan tak mungkin
 Untuk kita bersama
 Diatas perbedaan
 Yang selamanya mengingkari
Dan tak mungkin
 Bila ku melepasmu
 Sungguh hati tak mampu
 Mengertilah cintaku
 Percayalah cintaku"
Lirik lagu Dygta menggema memenuhi ruang kamarku hingga pagi ini.
Kenyataan menyakitkan ketika cinta yang tulus dirantai oleh aturan suku yang mengakar pada pola pikir orang tua...Â
Aku harus kembali melanjutkan hidup, menata kembali hatiku dari Samudera. Seseorang yang membawaku berani mengarungi kejamnya ombak, luasnya hamparan langit, melambungkan harapan dan impian sampai ke langit..Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H