Mohon tunggu...
Septiana Gumelar
Septiana Gumelar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi (●’◡’●)ノ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Model-model Evaluasi Program Pendidikan

6 November 2023   22:48 Diperbarui: 6 November 2023   22:51 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Dalam ilmu evaluasi program Pendidikan, ada banyak model yang dipergunakan untuk mengevaluasi keterlaksanaan program. Dalam hal ini Stepphen Isacc (1986 dalam arikunto, 2004) membedakan adanya empat hal yang dipergunakan untuk membedakan ragam model evaluasi, yaitu Goal oriented (berorientasi pada tujuan), Decision oriented (berorientasi pada keputusan), Transactional oriented (berorientasi pada kegiatan dan orang-orang yang menanganinya), dan research oriented (berorientasi pada pengaruh dan dampak program). Menurut Kaufman dan membedakan model evaluasi menjadi delapan. 

  1. Goal-Oriented Evaluation Models oleh Tayler

    Evaluasi merupakan model yang muncul paling awal. Yang menjadi obyek pengamatan pada model ini adalah tujuan dari program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan. 

  2. Goal-Free Evaluation oleh Scriven

    Model Goal Free Evaluation, dikembangkan oleh Michael Scriven, nah model ini dapat dikatakan berlawanan dengan model pertama yang dikembangkan oleh Tayler, jika dalam model yang dikembangkan oleh Tayler, evaluator terus menerus memantau tujuan, yaitu sejak awal proses terus melihat sejauh mana tujuan tersebut sudah dapat dicapai, dalam model goal free evaluation (evaluasi lepas dari tujuan) justru menoleh dari tujuan. Menurut Michael Scriven, dalam melaksanakan evaluasi program evaluator tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program. 

  3. Formative-Sumative Models oleh Scriven

    Model ini menggunakan tahapan dan lingkuo obyek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang digunakan pada waktu program masih berjalan disebut evaluasi Formatif dan ketika program sudah selesai dilaksanakan disebut evaluasi sumatif. Evaluator tidak dapat melepaskan diri dari tujuan.  Tujuan evaluasi Formatif berbeda dengan tujuan evaluasi sumatif. Dengan demikian model yang dikemukakan oleh Michael Scriven ini menunjukkan tentang "apa, kapan, dan tujuan" evaluasi tersebut dilaksanakan. 

  4. Countenance Evaluation Models oleh Stake

    Model Countenance adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan oleh Slake. Pengertian Countenance adalah keseluruhan, sedangkan pengertian lain adalah sesuatu yang disenangi (favourable). Menurut Provus tujuan dari model Countenance Stake adalah melengkapi kerangka untuk pengembangan suatu rencana penilaian kurikulum. 

  5. Responsive Evaluation oleh Stake

    Responsive evaluation model ini dikembangkan pada tahun 1975 oleh Robert Stake. Evaluasi menurut Stake adalah usaha mendeskripsikan program-program dan menjadikan judgement kepadanya. Stake mengatakan bahwa evaluasi tidak sempurna jika tidak memberikan judgement. Dalam memberikaan judgement dapat digunakan standar atau kriteria absolut (mutlak) atau relatif. 

  6. CSE-UCLA Models oleh Alkin 

    Model ini merupakan singkatan dari CSE (Center for the Study of Evaluation), sedangkan UCLA singkatan dari (University of California in Los Angeles). Menurut Arikunto dan jabar mengatakan ciri dari CSE-UCLA Evaluation Models adalah adanya lima tahap yang dilakukan dalam evaluasi yaitu perencanaan, pengembangan, implementasi, hasil, dan dampak. 

  7. CIPP Evaluation Models oleh Stufflebeam

    Konsep evaluasi model CIPP (Context, Input, Process, and Product) pertama kali dikenalkan oleh Stufflebeam pada tahun 1965 sebagai hasil usahanya dalam mengevaluasi ESEA (The  Elementary and Secondary Edication Act) Menurut Madaus, Scriven, dan Stufflebeam, tujuan penting evaluasi model ini adalah untuk memperbaiki, membantu penilai yang mengevaluasi program sekolah, kursus pengajaran, dan desain kurikulum. 

  8. Disrepancy Models oleh Provus

    Kata Disrepancy adalah istilah bahasa Inggris yang artinya kesenjangan. Disrepancy Models atau model evaluasi kesenjangan merupakan model evaluasi yang dikembangkan oleh Malcolm M. Provus pada tahun 1984. Model evaluasi ini adalah untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara baku (standar) yang sudah ditentukan dalam program tersebut. Baku adalah kriteria yang ditetapkan, sedangkan kinerja adalah hasil pelaksanaan program. 

  TERIMAKASIH... 

      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun