Mohon tunggu...
Septian Dhaniar Rahman
Septian Dhaniar Rahman Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah dan Komikus

Saya lulusan Sastra Inggris dan telah menerjemahkan beberapa buku non fiksi. Selain itu, saya juga telah menerbitkan beberapa novel dan komik detektif. Kunjungi website saya juga di http://septiancomics.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Nostalgia Nonton Bagian 1 (Batman Returns)

22 Maret 2022   22:08 Diperbarui: 22 Maret 2022   22:15 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Tahun 1992 sewaktu masih remaja dan belum genap 17 tahun waktu itu, saya bersama beberapa teman menyaksikan film Batman Returns di bioskop Widya Yogyakarta. Sekadar informasi, bioskop Widya ini terletak di dekat Jalan Wijilan serta Alun-Alun Utara dan cukup populer waktu itu karena karcis nontonnya yang murah. 

Kami memilih Batman Returns karena film itu tampaknya kok asyik begitu dari posternya, begitu juga saat kami menonton iklan filmnya di harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Pokoknya kami hanya ingin menonton untuk hiburan di tengah kesibukan bersekolah.

Kami menonton hari Minggu pagi sekitar pukul sepuluh atau setengah sebelas. Penontonnya berjubel karena rupanya banyak yang antusias juga untuk menonton film Batman Returns ini. Saat remaja itu, saya sudah tertarik membaca komik, terutama komik terjemahan Batman terbitan PT Midas Surya Grafindo alias MISURIND, sehingga saya sedikit demi sedikit tahu seperti apa Batman itu.

Jadi kami semua sebagai penonton duduk di kursi menanti tidak sabar filmnya main sembari menyaksikan sejumlah trailer film yang akan datang main di bioskop Widya tersebut. 

Akhirnya lampu-lampu meredup, suasana makin gelap, terus filmnya main dengan pembukaan yang membuat saya ternganga, sebuah sajian musik menyayat hati sementara adegan keluarga Cobblepot yang histeris menyaksikan kelahiran anak mereka yang buruk rupa bernama Oswald. 

Di malam natal saat itu, orangtua Oswald yang kaya raya malah membuang bayi Oswald ke gorong-gorong, pelan tapi pasti bayi Oswald yang berada dalam keranjang meluncur semakin jauh masuk ke gorong-gorong seiring dengan musik tema Batman yang legendaris gubahan Danny Elfman terdengar, lalu pembukaan kredit film bergulir dan bayi Oswald bertemu serangkaian Penguin yang berbaik hati menyelamatkan sang bayi malang tersebut.

Tiga puluh tiga tahun kemudian, begitulah cerita film bergulir, kota Gotham berupaya berbenah untuk menyambut kemunculan walikota baru dalam sebuah pesta meriah yang digelar di tengah-tengah keramaian. 

Multi milyarder Max Shreck sebagai salah satu tokoh berduit punya kesempatan untuk mendukung beberapa calon walikota baru, tetapi kemunculan rombongan para badut ganas yang merusak jalannya pesta membuat pihak kepolisian tak punya jalan lain selain menghidupkan sinyal kelelawar terang di langit. 

Sosok misterius di sebuah kastil megah di pinggiran kota Gotham terpana, lalu berdiri, dialah Bruce Wayne, sang pangeran Gotham yang kemudian beraksi sebagai Batman dan dengan Batmobile andalannya memporakporandakan rombongan para badut ganas tadi.

Namun para badut ganas tadi berhasil menyamarkan upaya sesungguhnya dari Oswald Cobblepot si anak terbuang yang kini tumbuh dewasa dan bersiap melakukan balas dendam atas perlakuan orangtuanya di masa lalu. Menggandeng Max Shreck sebagai promotornya, Oswald Cobblepot pun mencalonkan diri sebagai walikota Gotham. 

Sementara itu, Max Shreck rupanya memiliki karyawan bernama Selina Kyle yang selalu penasaran akan tindak-tanduk Max Shreck. Tak ada pilihan bagi Max Shreck untuk menyingkirkan Selina. Di luar dugaan, Selina masih hidup dan dengan bantuan para kucing yang mengerubunginya, malah kemudian Selina bisa bertransformasi menjadi sosok ganas berjubah hitam bernama Catwoman.

Bruce Wayne semula tidak menaruh curiga pada upaya balas dendam Oswald Cobblepot, malah cenderung bersimpati kepada Oswald, berharap agar Oswald bisa bertemu kembali dengan kedua orangtuanya yang telah membuangnya selama ini. Namun dasar detektif, Bruce kemudian menggunakan topeng sebagai Batman, malam-malam menyelidiki dan menemukan fakta bahwa Oswald Cobblepot rupanya merupakan antagonis berbahaya. 

Lebih mengagetkan lagi, Catwoman muncul sambil bersalto dan mengeong sembari meledakkan gedung. Oswald Cobblepot menyebut dirinya Penguin, lalu menebar teror di kota Gotham, tidak ketinggalan Catwoman juga malah bersatu dengan Penguin untuk menguasai kota Gotham. 

Sungguh pusing kepala Batman menghadapi keganasan kedua musuhnya yang tidak main-main dalam menebar teror, termasuk menculik para anak-anak sulung yang lahir seperti Oswald, serta memerintahkan ratusan Penguin imut dengan menyandang roket-roket di punggung untuk meluluhlantakkan Gotham.

Jadi seusai filmnya selesai dua jam kemudian, saya hanya geleng-geleng kepala. Saya puas. Saya terhibur. Saya yakin para penonton lain sangat antusias pula karena tampak wajah-wajah sumringah seusai lampu menyala terang. 

Sutradara Tim Burton, begitulah yang saya tahu setelah membaca namanya di iklan koran maupun saat menyaksikan pembukaan kredit filmnya memang memiliki kecerdasan fantastis untuk memberikan sajian film aksi adaptasi komik dengan alur cerita yang segar dan menantang. Kehadiran dua tokoh antagonis, sebenarnya tiga kalau kita menghitung Max Shreck, sungguh membuat filmnya seru dan ramai. Adegan aksinya gila-gilaan menurut saya dan teman-teman saya.

 Adegan awal film saat Batman dengan Batmobile unjuk gigi dengan menghajar gerombolan badut ganas itu membuat saya terpukau, begitu pula saat adegan Batman terbang menggunakan sayapnya, kemudian Penguin yang mengambil alih Batmobile dengan mobil bebeknya yang lucu berguncang-guncang, membuat Batman sangat kerepotan merubah Batmobile yang sudah diacak-acak para anak buah Penguin, sampai menabrak sejumlah mobil polisi, lalu dengan bagian-bagian yang terlepas menyaksikan sebuah bentuk kapsul mobil yang ringan dan ramping menyusuri lorong tersempit yang tak muat mobil. 

Adegan klimaks antara Batman melawan ketiga antagonis di kebun binatang kota Gotham juga membuat miris. Tentu saja adegan yang tak terlupakan bagi saya adalah saat pesta topeng di mana Bruce Wayne dan Selina Kyle bertemu tanpa memakai topeng. 

Mereka berdua berdansa sangat mesra, sampai Selina Kyle mendongak ke atas, menatap bunga mistletoe, lalu keduanya saling berkomentar bahwa mistletoe adalah bunga yang mematikan, tetapi sebuah ciuman jauh lebih mematikan jika kita berniat dan berhasrat untuk melakukannya dengan maksimal. 

Entahlah, rupanya film ini membawa nostalgia yang sangat dalam hingga saat ini tepatnya awal Maret 2022 lalu saat saya menyaksikan film The Batman karya Matt Reeves dan memang Matt Reeves menyatakan bahwa Batman Returns merupakan film Batman terfavoritnya sepanjang masa selain The Dark Knight.

Dua kata penutup dari saya. Tata Rias Danny De Vito sebagai Penguin memang luar biasa, Stan Winston memang jempolan. Tak lupa pula efek visual film ini yang merupakan buah karya studio efek visual Boss Film dan Matte World Digital di bawah pimpinan supervisor efek visual Michael Fink dan John Bruno yang spektakuler, terutama adegan para penguin berpunggung roket yang hendak menyerang kota Gotham itu.

Terima kasih, Tim Burton!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun