Bruce Wayne semula tidak menaruh curiga pada upaya balas dendam Oswald Cobblepot, malah cenderung bersimpati kepada Oswald, berharap agar Oswald bisa bertemu kembali dengan kedua orangtuanya yang telah membuangnya selama ini. Namun dasar detektif, Bruce kemudian menggunakan topeng sebagai Batman, malam-malam menyelidiki dan menemukan fakta bahwa Oswald Cobblepot rupanya merupakan antagonis berbahaya.Â
Lebih mengagetkan lagi, Catwoman muncul sambil bersalto dan mengeong sembari meledakkan gedung. Oswald Cobblepot menyebut dirinya Penguin, lalu menebar teror di kota Gotham, tidak ketinggalan Catwoman juga malah bersatu dengan Penguin untuk menguasai kota Gotham.Â
Sungguh pusing kepala Batman menghadapi keganasan kedua musuhnya yang tidak main-main dalam menebar teror, termasuk menculik para anak-anak sulung yang lahir seperti Oswald, serta memerintahkan ratusan Penguin imut dengan menyandang roket-roket di punggung untuk meluluhlantakkan Gotham.
Jadi seusai filmnya selesai dua jam kemudian, saya hanya geleng-geleng kepala. Saya puas. Saya terhibur. Saya yakin para penonton lain sangat antusias pula karena tampak wajah-wajah sumringah seusai lampu menyala terang.Â
Sutradara Tim Burton, begitulah yang saya tahu setelah membaca namanya di iklan koran maupun saat menyaksikan pembukaan kredit filmnya memang memiliki kecerdasan fantastis untuk memberikan sajian film aksi adaptasi komik dengan alur cerita yang segar dan menantang. Kehadiran dua tokoh antagonis, sebenarnya tiga kalau kita menghitung Max Shreck, sungguh membuat filmnya seru dan ramai. Adegan aksinya gila-gilaan menurut saya dan teman-teman saya.
 Adegan awal film saat Batman dengan Batmobile unjuk gigi dengan menghajar gerombolan badut ganas itu membuat saya terpukau, begitu pula saat adegan Batman terbang menggunakan sayapnya, kemudian Penguin yang mengambil alih Batmobile dengan mobil bebeknya yang lucu berguncang-guncang, membuat Batman sangat kerepotan merubah Batmobile yang sudah diacak-acak para anak buah Penguin, sampai menabrak sejumlah mobil polisi, lalu dengan bagian-bagian yang terlepas menyaksikan sebuah bentuk kapsul mobil yang ringan dan ramping menyusuri lorong tersempit yang tak muat mobil.Â
Adegan klimaks antara Batman melawan ketiga antagonis di kebun binatang kota Gotham juga membuat miris. Tentu saja adegan yang tak terlupakan bagi saya adalah saat pesta topeng di mana Bruce Wayne dan Selina Kyle bertemu tanpa memakai topeng.Â
Mereka berdua berdansa sangat mesra, sampai Selina Kyle mendongak ke atas, menatap bunga mistletoe, lalu keduanya saling berkomentar bahwa mistletoe adalah bunga yang mematikan, tetapi sebuah ciuman jauh lebih mematikan jika kita berniat dan berhasrat untuk melakukannya dengan maksimal.Â
Entahlah, rupanya film ini membawa nostalgia yang sangat dalam hingga saat ini tepatnya awal Maret 2022 lalu saat saya menyaksikan film The Batman karya Matt Reeves dan memang Matt Reeves menyatakan bahwa Batman Returns merupakan film Batman terfavoritnya sepanjang masa selain The Dark Knight.
Dua kata penutup dari saya. Tata Rias Danny De Vito sebagai Penguin memang luar biasa, Stan Winston memang jempolan. Tak lupa pula efek visual film ini yang merupakan buah karya studio efek visual Boss Film dan Matte World Digital di bawah pimpinan supervisor efek visual Michael Fink dan John Bruno yang spektakuler, terutama adegan para penguin berpunggung roket yang hendak menyerang kota Gotham itu.
Terima kasih, Tim Burton!