Pukul tujuh pagi, kami sarapan. Istriku memasak Tumis Brokoli dan Omelet. Seperti biasa, rasanya enak sekali. Usai sarapan, istriku mencuci piring, sementara aku membaca novel The Spy Who Came In From The Cold karya John LeCarre, terbitan asli Penguin. Setahuku belum ada versi terjemahan novel ini dalam bahasa Indonesia. Aku segera menghubungi kepala editorku di Penerbit Indira yaitu Chairul Aritonang.
"Selamat pagi, Pak Roni? Bisa saya bantu?" suara Chairul terdengar sangat jelas.
"Sudah masuk sepagi ini, Rul?"
"Oh jelas, Pak Roni. Sebagai deputi Bapak hari ini, saya harus datang paling awal."
"Rul, kusarankan untuk mencari penerjemah lepas lagi. Aku ingin si penerjemah ini menggarap novel-novelnya John LeCarre kalau bisa. Baik. Bagus sekali. Oh, mungkin hari ini aku tidak masuk kantor. Santai saja. Selamat pagi kalau begitu."
"Itu tadi Chairul?" tanya istriku sambil duduk dan memelukku. "Kamu absen hari ini, Kangmas?"
"Supaya bisa lengket bersamamu terus, Diajeng." kataku sambil mencium kening istriku. "Aku masih penasaran dengan penelpon tadi malam. Siapa kira-kira?"
"Nomornya asing?"
Aku mengangguk sambil berdiri lalu berjalan lambat-lambat mengitari ruangan. "Kiss The Girls and Make Them Die. Begitu pesan si penelpon tadi malam."
"Judul novel itu, Kangmas?"
Aku menggelengkan kepala, lalu menyandarkan tubuhku ke dinding sambil menatap istriku. "Judul film jadul itu. Kalau tidak salah produksi tahun 1966. Salah satu film favoritnya Quentin Tarantino itu."