Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gajah pun Jengah dan Marah

13 Mei 2016   12:02 Diperbarui: 14 Mei 2016   14:49 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat kondisi itu sewajarnya kita merasa kuatir dengan nasib gajah-gajah itu. Karena ambisi dan keserakahan manusia hewan yang seharusnya hidup berdampingan harus mati dan terancam punah. Kemudian sebenarnya apa yang salah dengan kita?

Dari dua kasus tersebut diatas jika boleh saya tarik garis lurus memiliki pesan moral untuk kita semua. Gajah dan manusia adalah makhluk ciptaan yang maha kuasa. Makhluk hidup yang memiliki hak hidup dengan kodrat dan jatah masing-masing. Seharusnya keduanya bisa hidup saling berdampingan dan mutualisme. 

Memberikan pembelajaran yang luas kepada sesama makhluk hidup yang lain. Tidak saling menyakiti dan mengambil keuntungan dari salah satunya. Seharusnya kita sebagai manusia yang diberi kelebihan pikir, hati dan kehendak lebih bisa bijak dalam berperilaku. Memperlakukan makhluk hidup lain dengan layak dan baik. Menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan dan welas asih, tanpa terkecuali kepada makhluk selain manusia (hewan dan tumbuhan).

Kasus di Bandung dengan korban Gajah Sumatra Yani menggambarkan bagaimana manusia yang seharusnya memiliki kewajiban merawat yani dengan baik tidak dilakukan. Banyak hak yani yang dilanggar, ia harus rela kehilangan nyawa dengan cara mengenaskan sakit berminggu-minggu tanpa perawatan maksimal. 

Mungkin saja dalam sakitnya Yani kelaparan dan menangis menyadari nasibnya. Belum lagi nasib gajah-gajah lain di alam liar sana, bagaimana manusia dengan ganasnya memburu demi mengejar rupiah, karena Gading gajah menawarkan nilai fantastis untuk diperdagangkan. Generasi penerus gajah sedang terancam, bisa jadi teman senasib Yani ini merasakan kezaliman yang diterimanya.

Di beda wilayah, dalam waktu yang hampir berdekatan Gajah Sumatra mengamuk dan memakan korban manusia. Bukan salah gajahnya karena gajah hanya punya insting saja, tetapi keserakahan manusia membuat hewan jengah dan marah. Mungkin saja ia marah karena merasakan hal serupa yang dirasakan Yani di Bandung sama. 

Hanya saja Kebetulan dokter cantik yang juga sebenarnya sedang bertugas menjadi korbannya, padahal ia adalah pencinta binatang, bukan pelaku pemburu yang serakah.

Dua peristiwa ini semoga menjadi cerminan kita semua, manusia dimanapun berkewajiban menjaga perilaku. Menjunjung tinggi rasa Perikemanusiaan sekaligus Perikehewanan, agar tidak lagi terjadi hal seperti cerita yani dan gajah di Wonogiri. S

ebagai seorang awam saya hanya ingin mengajak semua pembaca untuk sadar dan mulailah sayangi lingkungan sekitar kita, termasuk hewan, tumbuhan dan seisinya. Agar keberlangsungan hidup kita pun terjaga dan aman dari segala bentuk bahaya.

Karena Alampun punya rasa, hewanpun punya hati dan tumbuhan pun punya cerita...

Salam hangat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun