Mohon tunggu...
SEPTIA HIDAYATIN
SEPTIA HIDAYATIN Mohon Tunggu... Lainnya - septia hidayatin

whatever you are, be a good one

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Ibu Surati

4 Juni 2022   02:40 Diperbarui: 4 Juni 2022   02:49 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Halooo teman-teman!!

Masalah kemiskinan di Indonesia sangat tidak asing lagi di kehidupan kita. Pada tugas kali ini saya diharuskan untuk mengulik tentang kehidupan orang-orang yang kurang mampu itu seperti apaa. Bertanya bagaimana kisah perjalanan hidup mereka yang berjuang melawan kerasnya dunia sekarang ini. Masalah kemiskinan di Indonesia sangat membludak sekali karena banyaknya orang yang menganggur dan kurangnya kemampuan finansial orang untuk bekerja. Bahkan untuk menghidupi kebutuhan mereka sendiripun kadang harus bersusah payah sampai banting tulang untuk bertahan hidup.

Mengatasi kemiskinan itu pada dasarnya sama saja kita menolong orang-orang yang kurang mampu untuk melakukan kehidupan mereka yang mandiri, dari segi ekonomi, social, budaya, maupun politik. Dengan mengatasi permasalahn kemiskinan dengan menyamaratakan semua finansial orang bisa saja orang yang hidup di Indonesia hidupnya bakal terjamin dengan makmur dan sejahtera.

Disini saya berkesempatan untuk mewawancarai seorang ibu Surati yang bekerja sehari-hari sebagai pengemis. Saat saya bertanya mengenai alasan ibu ini memilih jadi pengemis beliau menjawab "Saya bukannya memilih, tetapi karena sudah keadaan. Penghasilan sehari-hari suami yang hanya bekerja sebagai tukang parkir belum cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untungnya untuk biaya sekolah anak-anak, saya masih mendapat subsidi

dari pemerintah." Dengan begitu, bisa kita lihat, kadang orang yang hidupnya berjalan dengan lancarpun bukan berarti mereka juga sudah mencukupi kebutuhannya dengan lancer.

Kemudian saya bertanya mengenai bagaimana jika ibu Surati ini mencari pekerjaan yang lebih layak dan lebih nyaman daripada menjadi seorang pengemis? ibu Surati berkata bahwa "Sebenarnya dulu saya pernah berjualan angkringan di daerah Pingit. Usaha angkringan itu dimodali dari suatu LSM yang dengan senang hati membantu orang-orang seperti saya ini. Tetapi ternyata usaha itu tidak bertahan lama. Saya diusir dari tempat berjualan saya karena saya berjualan di depan sebuah ruko. Pemilik ruko tersebut tidak mengijinkan saya untuk berjualan dan mengusir saya. Kemudian beberapa saat setelah itu, barang-barang modal untuk angkringan saya juga dicuri. Teko dan tempat duduk yang saya gunakan mendadak hilang, roda angkringan pun dirusak sampai tidak bisa dipakai lagi. Karena sudah tidak punya lahan dan modal untuk berjualan, kemudian saya kembali menjadi pengemis."

Dengan adanya jawaban Ibu Surati seperti tersebut dapat di ketahui bahwa pekerjaan ini bukanlah keinginan dari ibu Surati sendiri untuk memilih menjadi pengemis, namun keadaan yang membuatnya harus menjadi pengemis.

Saya jadi tahu sebenernya faktor dari kemiskinan itu ada banyak sekali. Bahkan dari lingkungan terdekatpun bisa jadi menjadi alasan Ibu Surati menjadi seorang pengemis. Kadang kemiskinan terjadi juga bukan karena ketidakmauan seseorang untuk bekerja, contohnya karena faktor malas bekerja. Melainkan adanya faktor lain seperti adanya kondisi ketidakmampuan seseorang untuk mendapatkan suatu pekerjaan yang layak.

Beliau, Ibu Surati yang hidup secukupnya, bahkan dalam masalah kehidupannya pun kutrang layak untuk dipandang oleh seseorang pada umumnya. Mungkin jika ada orang yang sombongpun beliau pasti merasa dikecilkan. Namun, saya percaya masih banyak di dunia ini orang-orang yang memiliki hati nurani yang baik antar sesama manusia. Masalah kemiskinan merupakan masalah penghambat kesejahteraan social yang ada di Indonesia dan merupakan masalah yang sangat-sangat umum terjadi sehingga harus ada orang lain yang dapat menanganinya. Dan masalah ini sangatlah umum di Indonesia. Seharusnya masalah kemiskinan dapat dikendalikan melalui pendekatan terhadap sesame social contohnya saling berbaur dalam kehidupan, saling membantu apabila ada yang kesulitan, tidak memandang remeh orang yang termasuk kurang mampu seperti Ibu Surati ini. Sangat miris bila melihat keadaan social Indonesia sekarang.

Zaman sekarang pun mencari pekerjaan sangat susah juga. Banyak sekali pekerjaan yang dilihat harus dari strata sosialnya. Dan ini merupakan tantangan yang sangat berat bagi Ibu Surati yang sudah jauh dari kalangan-kalangan masyarakat Indonesia sekarang.

Kemudian, saya bertanya lagi kepada beliau bagaimana kendala yang sering muncul pada saat menjadi pengemis dan apakah ada harapan ibu untuk kedepannya akan bagaimana?

"Tidak banyak sebenarnya. Orang-orang masih banyak yang bersedia dengan ikhlas memberi saya uang, bahkan beberapa juga memberi makanan. Namun pernah juga saya hanya didiamkan dan diusir karena dianggap menggangu. Harapannya, ya pastinya ingin hidup enak, layak serta berkecukupan. Kalau bisa saya ingin kembali berjualan angkringan dan mempunyai tempat berjualan sendiri, tidak diusir lagi sama yang punya ruko. Pemerintah seharusnya tidak hanya memberi bantuan berupa uang atau bahan pokok saja. Seharusnya untuk orang-orang seperti saya ini juga diberikan ketrampilan agar nantinya bisa punya pekerjaan yang lebih lebih layak."

Kejadian atau masalah-masalah kemiskinan seperti ini harusnya menjadi sorotan atau perhatian bagi pemerintah bahwa di Indonesia masih banyak sekali orang-orang yang membutuhkan lapangan pekerjaan yang akan membuat kehidupan orang kurang mampu lebih layak lagi. Seharusnya mereka menyediakan lebih lapangan pekerjaan yang sesuai kemampuan seperti Ibu Surati seperti ini supaya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan tidak menjadi seorang pengemis lagi. Bisa juga pemerintah melakukan kegiatan untuk membantu keluarga yang kurang mampu dengan saling berbagi atau membantu secara pribadi.

Mengenai kegiatan pemberian bantuan secara atau bersifat pribadi biasanya mereka lakukan pada saat tertentu dan bagi yang beragama islam dalam bentuk sedekah ataupun pada saat menjelang hari raya idul firti berupa zakat fitrah, ataupun zakat mal, sesuai ketentuan agama islam. Sementara kegiatan pemberian bantuan kepada keluarga miskin dilaksanakan oleh umat yang beragama katholik ataupun Kristen disebut tabungan cinta kasih yang biasanya diberikan pada saat menjelang hari natal dan hari paskah.

Sekian dulu yaa hasil dari wawancara saya dengan Ibu Surati. Sekian juga telah mengenal Ibu Surati.

Terima Kasih teman-teman!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun