Mohon tunggu...
SEPTIA HIDAYATIN
SEPTIA HIDAYATIN Mohon Tunggu... Lainnya - septia hidayatin

whatever you are, be a good one

Selanjutnya

Tutup

Diary

My First Love

11 Maret 2022   00:46 Diperbarui: 11 Maret 2022   00:48 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kemarin saya menulis tentang ibu, kali ini saya akan menulis seeorang yang menjadi pendamping hidup ibuku, ya dia ayahku. Sosok pemimpin di keluarga kami. Lelaki yang penuh tanggung jawab tanpa mengeluh di keluarga kami. 

Ya, dia juga sosok lelaki yang menjadi cinta pertamaku dan kakakku. Tanpa mengeluh dia selalu bisa menjadi pemimpin yang kami inginkan, yang selalu memahami apa keinginan kami. Menyayangi keluarga dengan caranya sendiri, yang selalu membuatku kagum.

Ayahku adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Kedua saudara ayah laki-laki semua. Sudah pasti ayah memilkul beban yang paling berat. Menjadi anak pertama yang diharapkan oleh keluarganya. 

Sudah sedari dulu ayah merasakan susahnya kehidupan karena ayah terlahir dari keluarnya yang terbilang kurang mampu. Saat itu, ayah bersekolah hanya tamat sampai SD. Ayah memilih melanjutkan dengan bekerja untuk membantu mencukupi kehidupannya karena sebagai anak pertama yang memiliki tanggung jawab yang besar bagi keluarga juga.

Waktu itu ibu pernah bercerita perihal ibu bertemu sama ayah itu saat ibu nonton pertunjukan layar tancap. Rumah ayah sama ibu itu hanya beda desa masih sama kecamatan. Jadi waktu ibu lihat acara itu, ibu digodain sama cowok-cowok terus ibu sembunyi di belakang ayah yang notabenenya mereka belum saling kenal. 

Akhirnya ibu dilindungin sama ayah. Mulai dari situ ibu sama ayah saling kenal. Saling keluar bareng buat nonton acara-acara layar tancap gitu. Maklum, waktu dulu belum ada yang namanya bioskop. Lambat laun ayah sama ibu saling suka, ayah sering main ke rumah ibu. 

Awalnya, orangtua dari ayah itu tidak memberikan restu untuk ibu sama ayah karena ayah itu sebenernya udah dijodohin sama nenekku hehe, tapi ayah sukanya sama ibu. 

Ayah tetep kekeh untuk terus sama ibu. Akhirnya nenek ngererstuin ibu sama ayah menikah. Hingga sekarang memiliki dua buah hati, aku dan kakakku. Bagiku perjuangan ayah sangat sangat tak kenal lelah. Ayah selalu berusaha memberikan apapun yang terbaik buat keluarga.

2 tahun menikah, ayah dan ibu bekerja membuka toko. Jatuh bangun semuanya selalu dilewatin bersama oleh mereka. Salut sama ayah yang selalu menjaga keluarganya dari segala apapun permasalahan. Ayah selalu memiliki caranya tersendiri untuk menyelesaikan masalah dan itu selalu membuahkan hasil untuk keluarga kami. 

Waktu itu, selain bekerja di toko bersama ibu, ayah juga bekerja apapun yang bisa dikerjakan. Masih ingat waktu itu ketika aku masih kecil, ayah selalu berpamitan ketika akan berangkat bekerja. (pengen nangis rasanya kalau diingat-ingat masa itu).

Dari kecil aku sudah dekat dengan ayah. Entah kenapa bersama ayah terasa dilindungi dan merasa selalu aman. Sejak kecil, kemana-kemana aku lebih lengket dengan ayah selalu nangis jika ditinggal ayah pergi. Kemanapun ayah pergi, aku selalu ingin ikut ayah. Hingga saat ini pun masih tetap seperti itu, hehe. Anak ayah yaa..

Dulu kami tinggal di sebuah rumah yang bisa dibilang cukup yang hanya cukup untuk kami berempat. Ayah dan ibu bekerja keras untuk mengubah semua keadaan menjadi lebih baik hingga rumah perlahan-lahan menjadi lebih besar dari awal yang kami tempati. Semua karena kerja ayah dan ibu. Tak bisa dibayangkan seberapa usaha mereka untuk menjadikan keadaan menjadi seperti sekarang yang jauh lebih baik. Membuat keluarga menjadi lebih nyaman dan aman. 

Dulu, kami juga hanya memiliki 1 kendaraan dan ketika pergi keluar kami kemana-kemana selalu berboncengan berempat. Semua karena usaha ayah. Kendaraan ayah yang sedari dulu menemani ayah dari titik nol hingga sekarang pun masih tetap ada. Kata ayah, ayah tidak akan mau menjualnya karena kendaraan itulah yang menjadi saksi bagaimana perjuangan ayah untuk keluarga hingga sampai pada titik sekarang.  

Ayah itu orangnya cuek tapi tegas. Kadang kalau ada yang bikin kesalahan gitu ayah diem dulu baru setelah keadaan sedikit lebih dingin ayah baru angkat bicara dan memberi nasihat-nasihat atau saran. Kalau di rumah yang paling serem kalau marah itu ya ayah. Soalnya marahnya ayah itu kayak diem terus terus tiba-tiba diajak ngobrol serius banget. 

Jadi kayak ngerasa terintimidasi kalau ngomong sama ayah waktu lagi ngobrol padahal ayah itu hanya memberi nasihat wkwk. Emang auranya ayah itu nyeremin si kalau lagi marah, kalau lagi becandaan juga malah lebih asik. Jadi, bisa dibilang ayah itu kalau serius ya serius kalau lagi asik ya asik.

Ayah itu pinter banget kalau masalah soal menabung. Dari remaja ayah membeli apapun yang dia pengen dari kerjaannya sendiri. Tapi kalau dimintain uang jajan ayah itu paling pelit. Jadi mesti disuruh mintanya itu ke ibu. Bilangnya selalu ngga punya uang tapi aslinya punyaa wkwkwk. Tapi sebenernya ayah itu royal banget. 

Maksutnya royal itu kalau kita memang bener-bener membutuhkan apa yang kita butuhin itu selalu dikasih atau diturutin sama ayah, tapi kalau minta sesuatu yang ngga terlalu bener-bener butuh gitu ayah selalu susah buat ngasihnya. Tapi menurutku ayah bijak banget kalau gitu ya, tidak menghabiskan uang untuk hal-hal yang memang kurang dibutuhkan. Kalau ibu sama kaya aku, apa yang menurut ibu bagus itu kalau naksir selalu langsung dibeli. Wahhh memang cewe-cewe itu kebanyakan boros yaa.

Ayah memang tipe orang yang suka banget bekerja keras. Tidak bisa kalau berdiam diri di rumah gitu. Jadi, harus selalu ada hal yang ingin dikerjaan entah itu apapun. Alhamdulillah sekarang hidup kami menjadi lebih baik dari sebelumnya berkat kerja kerasnya ayah juga. Ayah yang tanpa pernah mengeluh dan tiba-tiba selalu mencukupi apa yang memang dibutuhkan kami. Memang so sweet my father hihi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun