"Foto beginian kok pakai acara dipajang segala?"
"Ya nggak apa-apa, Pak. Itu kan buat bukti kalau saya sama dia sahabat yang nggak akan terpisahkan. Tapi cantik, kan, Pak?"
"Terserah kalian, lah. Ini, saya kembalikan." Diserahkanlah foto itu kepada pemiliknya kembali. Tapi sebelum diterima oleh lawan bicaranya, beliau menarik foto itu lagi. Lalu melanjutkan, "Eh, tapi ini sepertinya lumayan kalau saya minta untuk nanti dipajang di rumah saya."
"Wah, boleh banget, Pak. Kapan lagi Bapak bisa punya foto cewek cantik. Kalau Bapak mau minta lagi, kami masih punya banyak foto yang kayak gitu. Bapak mau?"
"Boleh." Beliau masih menatap foto itu secara antusias. "Nanti biar saya tempel di dinding. Lumayan, saya jadi nggak pusing cari cara untuk menakut-nakuti tikus di rumah saya," sambungnya enteng, sambil tersenyum meyakinkan.
"Yang bener aja, Pak? Foto cewek secantik ini, masa buat nakut-nakutin tikus????" pekik dua teman saya itu, tak menyangka.
Ya kali.
Hahahaha. Gara-gara ingat kejadian itu, saya jadi ketawa-ketiwi nggak jelas. Ampun deh itu orang. Selalu aja bisa mencairkan suasana kelas yang semula beku.
Pernah suatu hari beliau bilang, "Saya ini bukan orang baik-baik, lho. Makanya saya kalau ngomong seringnya nggak mikir. Jadi, kalau kalian meniru saya yang begini, ya pasti sesat."
Tapi dari pernyataan itu, saya sadar kalau ternyata kami lebih percaya kepada tindakan beliau daripada nasihat-nasihat baik yang justru jarang kami dengarkan; sebagaimana orang-orang di luaran sana yang lebih percaya kepada apa yang saya lakukan daripada apa yang saya katakan.
Semoga beliau sehat selalu.