Mohon tunggu...
Septa VanyNaora
Septa VanyNaora Mohon Tunggu... FREELANCER -

svns journey

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

A Classic Story for Love

1 November 2018   15:03 Diperbarui: 1 November 2018   15:12 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku gak mau pacar-pacaran lagi Vin, usia ku bukan di tahap itu lagi." 

Sesaat kami sama-sama diam.

"Dan kalo memang Tuhan berkenan pasti selalu ada jalan untuk kita bersatu." Kataku lagi yang sebenarnya menggantung pernyataanmu. 

Saat itu jujur aku bingung, aku memang menyukai siapapun dulu pengagum rahasia yang mengirim surat itu padaku. Mungkin kalo itu bukan kamu aku akan dengan mudah mengiyakan. Aku gak tau ada perasaan berat kalo aku juga harus menjawab tidak, terbesit kenangan saat di mana kamu datang ke acara reunian dengan kekasihmu, dan aku dengan kekasihku dulu. 

Waktu berlalu sangat cepat. Dua bulan sudah berlalu sejak insiden menyatakan perasaan itu. Ada yang hilang dariku. Kamu dulu yang rajin kirimi aku pesan kini tidak lagi. Dan kini aku baru menyadari ego ku telah menghancurkan hubungan kita.

Bisa gak? waktu diputar kembali. Kan kujawab iya dari pernyataanmu tapi kini nasi sudah menjadi bubur. Aku hanya bisa meratapinya. Termasuk isi pesanmu yang meminta aku menjadi bridemaid pada acara pernikahanmu nanti.

Aku pulang, kali ini bukan untuk hal bahagia, tapi untuk hal yang menyedihkan. Namun aku harus berlapang dada, ini semua memang salahku.

Kulihat baju dress semi kebaya berwarna putih gading sudah tergantung di kamarku.  Aku tidak heran karena memang kau mengusung tema ' beauty in white' itulah yang aku baca dalam undanganmu.

Hari yang tidak ku nantikan pun tiba. Kulihat kau sangat tampan dalam balutan tuksedo putihmu yang sedang menunggu mempelaimu masuk. Musik dimulai pertanda sebentar lagi mempelai wanitanya datang. 

Aku tersentak, seorang lelaki tua yang bukan lain adalah ayahku merangkul lenganku dan menyerahkan bucket bunga pengantin padaku. Aku menatap ayahku meminta penjelasan, tapi dia hanya tersenyum sambil terus berjalan menuju tempat lelaki yang kucintai dari sedari dulu itu berdiri. 

Dia seseorang yang bahkan sama sekali tak terpikir olehku. Hari ini untuk pertama kali dan untuk selamanya, dia mengenggam erat tanganku memohon restu kepada ayah secara resmi agama dan hukum untuk membawaku ke pelaminan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun