Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan dia melihatnya sebagai tantangan untuk non-proliferasi nuklir global. "Ini adalah tantangan besar bagi rezim non-proliferasi nuklir internasional," katanya seperti dikutip. (Reuters, 2021)
AUKUS juga memutus hubungan diplomatik antara Australia dan Prancis yang sebelumnya memiliki kerjasama kapal selam diantara kedua negara tersebut. Hal ini dikarenakan pembatalan kerjasama yang tidak dibincangkan dengan UE sebelumnya. "Ini benar-benar menusuk dari belakang," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada radio France Info. "Kami telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, kepercayaan ini telah dikhianati."
Prancis selanjutnya menarik duta besarnya untuk Amerika Serikat dan Australia. Menurut Prancis ini jauh lebih dari sekadar pertengkaran diplomatik, Langkah itu, sebagai protes atas keputusan mengejutkan Canberra untuk membatalkan pesanan kapal selam buatan Prancis dan pakta keamanannya AUKUS dengan Amerika Seritkat dan Britania Raya. (Willsher, 2021)
Berbeda dengan negara-negara diatas, Vietnam melihat AUKUS sebagai aliansi keamanan trilateral dan kendaraan untuk memungkinkan Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir menggunakan teknologi yang disediakan oleh Inggris dan AS dan Vietnam merasa tidak masalah dengan itu. AUKUS telah muncul ketika kawasan Indo-Pasifik mengamati politik kekuatan China, tindakan yang semakin agresif dan intimidasi di Laut China Selatan dan pemaksaan dalam perdagangan dan hubungan internasional.Â
Vietnam percaya bahwa respons terbaik terhadap suatu ancaman adalah bersiap dengan baik untuk kemungkinan terburuk, dan itu terbukti dalam postur pertahanan mereka. Mereka tidak kesulitan untuk percaya bahwa orang Australia melihat ancaman terhadap keamanan nasional mereka sendiri sebagai hal yang nyata dan akan segera terjadi. Mereka juga mengakui bahwa AUKUS adalah tentang kesiapan strategis masa depan Australia. (Nguyen, 2021)
Sama dengan Vietnam, Filipina secara terbuka mendukung kesepakatan kapal selam nuklir yang dicapai di perjanjian AUKUS. Kekhawatiran meningkat di antara negara-negara ASEAN atas perlombaan senjata regional. Tetapi Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin mengatakan dalam sebuah pernyataan pada bahwa "Peningkatan kemampuan sekutu dekat luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya." Sebagai sekutu AS selama beberapa dekade, Filipina bergantung pada AS dalam hal keamanan nasional secara keseluruhan.Â
Dari perspektif ini, Manila ingin melihat Washington memperkuat kehadiran militernya di Asia Tenggara melalui cara apa pun. Dibandingkan dengan Indonesia dan Malaysia, Filipina lebih banyak terlibat dalam sengketa Laut China Selatan. Dengan demikian ia memiliki keinginan yang lebih kuat untuk memeriksa China dengan mengambil keuntungan dari negara-negara ekstra-regional. Kesepakatan kapal selam AUKUS akan meningkatkan kendala militer di China. Mereka percaya ini dapat membantu melawan China di kawasan itu dan membela kepentingan Filipina. (Kaisheng, 2021)
Kerjasama ini merupakan bentuk dari Diplomasi Koersif yang membangun ancaman untuk mencapai tujuannya. AUKUS menggunakan teknologi tenaga nuklir sebagai tenaga pembuatan kapal selam Australia. Yang mana transfer pengetahuan teknologi nuklir bisa dikembangkan menjadi senjata nuklir oleh beberapa negara. Hal ini merupakan ancaman bagi kawasan dan beberapa negara yang bertentangan dengan norma tentang teknologi nuklir di kawasan.
Respon China dalam menanggapi kerjasama ini juga menjadi acuan untuk selanjutnya. Semakin tengangganya tensi di kawasan Asia-Pasifik menjadi acuan bagaimana terbentuknya sebuah diplomasi koersif di kawasan. Kawasan Asia Tenggara juga sedang berhati-hati dalam menentukan tanggapan selanjutnya terkait kerjasama ini.
Referensi
BBC News . (2021, September 17). Aukus: China denounces US-UK-Australia pact as irresponsible. Retrieved from bbc.com: https://www.bbc.com/news/world-58582573