Diplomasi adalah sebuah cara dialog antara pemerintahan dua negara atau lebih dengan cara dialog demi mempengaruhi dan terciptanya keputusan yang menguntungkan negara tersebut. Sedangkan Diplomasi Koersif adalah cara diplomasi yang menggunakan ancaman atau paksaan terhadap negara lain demi terciptanya keputusan yang menguntungkan negara yang melakukan diplomasi ini.
Dalam hal ini, Diplomasi Koersif sering dilakukan oleh negara “superpower “ yang mana negara ini mampu memberikan ketakukan lebih kepada negara tujuan. Kekutan adalah hal utama dalam diplomasi koersif karena mampu memberikan ancaman, intimidasi, dan tekanan kepada negara tujuan sehingga memberikan keuntungan terhadap negara yang melakukan diplomasi ini.
Beberapa waktu lalu Amerika, Britania Raya, dan Australia menandatangani sebauh kerjasama yang dikenal sebagai AUKUS. Yaitu kerjasama pembuatan kapal selam bertenaga nuklir Australia. Kesepakatan ini akan membuat AS dan Inggris memberi Australia teknologi untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir untuk pertama kalinya. (BBC News , 2021) Kesepakatan AUKUS akan memberikan kapal selam bertenaga nuklir (bukan bersenjata nuklir) ke Australia berdasarkan desain AS dan Inggris dan mempromosikan kolaborasi cyber dan kecerdasan buatan. AUKUS menawarkan keuntungan keamanan dan politik bagi ketiga negara tersebut. (Storella, 2021)
China yang sangat menentang kerjasama ini karena dianggap mengganggu stabilitas Asia Pasifik. China merasa bahwa perjanjian ini yang bertujuan untuk membendung pengaruh China di kawasan Asia Pasifik yang meningkat sangat tidak manusiawi dan mengatakan bahwa perjanjian ini adalah tindakan yang terkutuk.
Menteri Luar Negeri China Wang Yi menegaskan kembali bahwa pengaturan AUKUS “dapat memicu risiko proliferasi nuklir, mendorong babak baru perlombaan senjata, dan merusak kemakmuran dan stabilitas regional”. Beijing membuat komentarnya tentang AUKUS dengan ketidaksetujuan dan kecurigaan.
Zhao Lijian juga mengatakan “kerjasama kapal selam nuklir antara Amerika Serikat, Inggris dan Australia telah secara serius merusak perdamaian dan stabilitas regional, mengintensifkan perlombaan senjata dan merusak upaya non-proliferasi internasional”. (Deng, 2021)
Malaysia dan Indonesia juga merasa keberatan dengan kerjasama ini dikarenakan mengganggu keamanan regional yang bebas dari kerjasama nuklir. Penolakan terkuat datang dari Malaysia dan Indonesia yang menganggap bahwa kerjasama ini akan memicu perlombaan senjata di ASEAN yang bebas teknologi nuklir dan menggangu stabilitas kawasan.
Menurut Direktur Jenderal Indonesia untuk Asia, Pasifik dan Afrika, Abdul Kadir Jailani, yang menulis bahwa Australia, negara Perjanjian Non-Proliferasi pertama yang membangun kapal selam bertenaga nuklir, 'dapat menjadi preseden berbahaya' untuk diikuti oleh negara lain. Dalam artikel yang sama, Jailani menunjukkan, bagaimanapun, bahwa proyek kapal selam bertenaga nuklir Australia tidak melanggar Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara. (Djalal, 2021)
Selain mendapat tangggapan dari negara di kawasan Asia-Pasifik. Korea Utara juga ikut berkomentar terkait perjanjian diantara ketiga negara ini. Korea Utara mengutuk pakta pertahanan baru oleh Amerika Serikat, Australia dan Inggris, dan rencana untuk berbagi teknologi kapal selam nuklir dengan Australia, dengan mengatakan kesepakatan itu dapat memicu perlombaan senjata nuklir dan mengganggu keseimbangan di kawasan Asia-Pasifik.
"Ini adalah tindakan yang sangat tidak diinginkan dan berbahaya yang akan mengganggu keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik dan memicu rantai perlombaan senjata nuklir," kata media berita pemerintah Korea Utara, Korean Central News Agency, mengutip seorang pejabat Kementerian Luar Negeri. “Sangat wajar jika negara-negara tetangga termasuk China mengutuk tindakan ini sebagai tindakan yang tidak bertanggung jawab yang menghancurkan perdamaian dan stabilitas kawasan dan sistem nonproliferasi nuklir internasional dan mengkatalisasi perlombaan senjata,”. (Pannett, 2021)
Perjanjian ini juga mengundang tanggapan dari Rusia, mereka mengatakan pada hari Jumat bahwa pihaknya prihatin bahwa perjanjian pertahanan AUKUS antara Australia, Inggris dan Amerika Serikat akan memungkinkan Australia untuk memasuki kelompok negara terpilih yang mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir. Moskow mengatakan awal pekan ini bahwa pihaknya sedang mencari informasi lebih lanjut tentang pakta tersebut.
Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov mengatakan dia melihatnya sebagai tantangan untuk non-proliferasi nuklir global. "Ini adalah tantangan besar bagi rezim non-proliferasi nuklir internasional," katanya seperti dikutip. (Reuters, 2021)
AUKUS juga memutus hubungan diplomatik antara Australia dan Prancis yang sebelumnya memiliki kerjasama kapal selam diantara kedua negara tersebut. Hal ini dikarenakan pembatalan kerjasama yang tidak dibincangkan dengan UE sebelumnya. "Ini benar-benar menusuk dari belakang," kata Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian kepada radio France Info. "Kami telah menjalin hubungan kepercayaan dengan Australia, kepercayaan ini telah dikhianati."
Prancis selanjutnya menarik duta besarnya untuk Amerika Serikat dan Australia. Menurut Prancis ini jauh lebih dari sekadar pertengkaran diplomatik, Langkah itu, sebagai protes atas keputusan mengejutkan Canberra untuk membatalkan pesanan kapal selam buatan Prancis dan pakta keamanannya AUKUS dengan Amerika Seritkat dan Britania Raya. (Willsher, 2021)
Berbeda dengan negara-negara diatas, Vietnam melihat AUKUS sebagai aliansi keamanan trilateral dan kendaraan untuk memungkinkan Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir menggunakan teknologi yang disediakan oleh Inggris dan AS dan Vietnam merasa tidak masalah dengan itu. AUKUS telah muncul ketika kawasan Indo-Pasifik mengamati politik kekuatan China, tindakan yang semakin agresif dan intimidasi di Laut China Selatan dan pemaksaan dalam perdagangan dan hubungan internasional.
Vietnam percaya bahwa respons terbaik terhadap suatu ancaman adalah bersiap dengan baik untuk kemungkinan terburuk, dan itu terbukti dalam postur pertahanan mereka. Mereka tidak kesulitan untuk percaya bahwa orang Australia melihat ancaman terhadap keamanan nasional mereka sendiri sebagai hal yang nyata dan akan segera terjadi. Mereka juga mengakui bahwa AUKUS adalah tentang kesiapan strategis masa depan Australia. (Nguyen, 2021)
Sama dengan Vietnam, Filipina secara terbuka mendukung kesepakatan kapal selam nuklir yang dicapai di perjanjian AUKUS. Kekhawatiran meningkat di antara negara-negara ASEAN atas perlombaan senjata regional. Tetapi Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin mengatakan dalam sebuah pernyataan pada bahwa "Peningkatan kemampuan sekutu dekat luar negeri untuk memproyeksikan kekuatan harus memulihkan dan menjaga keseimbangan daripada mengacaukannya." Sebagai sekutu AS selama beberapa dekade, Filipina bergantung pada AS dalam hal keamanan nasional secara keseluruhan.
Dari perspektif ini, Manila ingin melihat Washington memperkuat kehadiran militernya di Asia Tenggara melalui cara apa pun. Dibandingkan dengan Indonesia dan Malaysia, Filipina lebih banyak terlibat dalam sengketa Laut China Selatan. Dengan demikian ia memiliki keinginan yang lebih kuat untuk memeriksa China dengan mengambil keuntungan dari negara-negara ekstra-regional. Kesepakatan kapal selam AUKUS akan meningkatkan kendala militer di China. Mereka percaya ini dapat membantu melawan China di kawasan itu dan membela kepentingan Filipina. (Kaisheng, 2021)
Kerjasama ini merupakan bentuk dari Diplomasi Koersif yang membangun ancaman untuk mencapai tujuannya. AUKUS menggunakan teknologi tenaga nuklir sebagai tenaga pembuatan kapal selam Australia. Yang mana transfer pengetahuan teknologi nuklir bisa dikembangkan menjadi senjata nuklir oleh beberapa negara. Hal ini merupakan ancaman bagi kawasan dan beberapa negara yang bertentangan dengan norma tentang teknologi nuklir di kawasan.
Respon China dalam menanggapi kerjasama ini juga menjadi acuan untuk selanjutnya. Semakin tengangganya tensi di kawasan Asia-Pasifik menjadi acuan bagaimana terbentuknya sebuah diplomasi koersif di kawasan. Kawasan Asia Tenggara juga sedang berhati-hati dalam menentukan tanggapan selanjutnya terkait kerjasama ini.
Referensi
BBC News . (2021, September 17). Aukus: China denounces US-UK-Australia pact as irresponsible. Retrieved from bbc.com: https://www.bbc.com/news/world-58582573
Deng, J. (2021, October 14). AUKUS: Why Beijing didn’t go ballistic. Retrieved from theinterpreter: https://www.lowyinstitute.org/the-interpreter/aukus-why-beijing-didn-t-go-ballistic
Djalal, D. P. (2021, November 28). ASEAN responses to AUKUS security dynamic. Retrieved from eastasiaforum.org: https://www.eastasiaforum.org/2021/11/28/asean-responses-to-aukus-security-dynamic/
Kaisheng, L. (2021, September 22). The Philippines ignorant to back AUKUS deal, harming ASEAN. Retrieved from globaltimes.cn: https://www.globaltimes.cn/page/202109/1234825.shtml
Nguyen, H. H. (2021, October 27). Australia can count on Vietnam to support AUKUS. Retrieved from aspistrategist.org.au: https://www.aspistrategist.org.au/australia-can-count-on-vietnam-to-support-aukus/
Pannett, R. (2021, September 20). North Korea says Australia’s submarine deal could trigger ‘nuclear arms race’. Retrieved from washingtonpost.com: https://www.washingtonpost.com/world/2021/09/20/north-korea-submarine-nuclear-aukus/
Reuters. (2021, October 1). Russia worried AUKUS pact will allow Australia to enter elite nuclear submarine club. Retrieved from reuters.com: https://www.reuters.com/world/europe/russia-worried-aukus-pact-will-allow-australia-enter-elite-nuclear-submarine-2021-10-01/
Storella, M. C. (2021, October 5). POV: Ensuring Balance in US/Indo-Pacific Strategy. Retrieved from bu.edu: https://www.bu.edu/articles/2021/pov-ensuring-balance-in-us-indo-pacific-strategy/
Willsher, K. (2021, September 18). Aukus: France’s ambassador recall is ‘tip of the iceberg’, say analysts. Retrieved from theguardian.com: https://www.theguardian.com/world/2021/sep/18/aukus-france-ambassador-recall-is-tip-of-the-iceberg-say-analysts
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI