Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Jangan Rusak Kerukunan Bangsaku

17 Juli 2016   02:15 Diperbarui: 17 Juli 2016   02:58 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

INDONESIA,
Berlandaskan Pancasila, pasal ketiga bertuliskan, Persatuan Indonesia.
Bersemboyan-kan Bhineka Tunggal Ika.

Bangsa Indonesia terkenal sejak dahulu tentang Kebhinekaanya, kearifan lokalnya, sikap santunnya bahkan budaya gotong-royong yang mungkin tidak dimiliki bangsa lain.

Saya menilai, pasca dekade 1990-an sikap dan mentalitas kebersatuan masyarakat kekinian mulai sedikit terdegradasi, bahkan mengalami kemunduran.

Pendiri Bangsa, Soekarno secara susah payah menjadikan sebuah Negara berdasarkan Nasionalisme, Berkedaulatan, Kerakyatan, dan Persatuan. Konsep berdaulat yang digaungkan Soekarno sering hanya menjadi perbincangan sebatas wacana.

Istilah berdaulat hanya dipandang sebatas mantra yang diulang-ulang, dianggap suci dan mandek. Berdaulat sebatas wacana, tidak pernah dielaborasi dalam tataran yang lebih praktis.

Situasi kebersatuan mulai mengalami kemunduran menurut hemat saya lantaran dipengaruhi keterbukaan dan arus informasi yang secara sporadis menyerang dan secara bertahap mulai menggerogoti pemikiran dan pandangan masyarakat, secara sadar ataupun tidak sadar, bangsa kita mulai mengalami penjajahan budaya.

Penjajahan budaya ini, saya rasa sangat-sangat mempengaruhi arah tujuan pemikiran masyarakat kekinian, pusaran perang budaya dari timur dan barat secara terang-terangan membius bangsa agar berkonflik antara satu dengan lain, misinya hanya satu yaitu menyerang dan menghantam habis perbedaan, perbedaan yang paling dirasa paling mudah diserang yaitu kepercayaan ( Agama ).

Hal ini dapat dibuktikan dengan mulai bermasukkanlah budaya-budaya asing yang berkamuflase dengan kearifan lokal bangsa mengatasnamakan agama, dan menanamkan kebencian antara satu dengan yang lainnya. hal ini dapat dibuktikan dengan bermunculan Aliansi, Ormas, Gerakan yang masuk ke Indonesia dan mulai menyerang dari tempat dan posisi yang strategis untuk melakukan misinya.

Mulai dari tingkat rumah ibadah, sekolah atau kumpus maupun komunitas yang berasaskan Kebaratan atau Ketimuran dengan kemasan Ke-Indonesia-an.

Serangannya pun semakin menjadi dengan menggunakan alat lain, yaitu melalui dunia maya, Dunia yang tidak nyata namun mampu mempengaruhi dunia nyata dengan giringan opini-opini religiuisme yang terselipkan kebencian, dengan demikian tembok-tembok kokoh persatuan dan keberagaman itu sedikit demi sedikit mulai runtuh atas nama Kepercayaan.

Tak ayal, di media sosial isinya yang sangat diskriminatif menambah panjang daftar persoalan disintegratif yang melanda bangsa ini.
Hal ini dirasa upaya yang cukup taktis yang dilakukan bangsa asing untuk memecahbelah bangsa, hilangnya sikap Kegotong-royongan, Kebinekaan dan secara terang-terangan masyarakat mulai terpengaruh berideologi radikal dan menganggap bahwa toleransi adalah lawan.

Budaya dan serangan-serangan itu pun mulai secara bertahap mulai mengambil alih kemudi bangsa dalam menjalankan pemerintahannya sehingga kebersatuan bangsa mulai tercerai berai dengan politik kepentingan yang mulai dirasuki budaya asing, Timur-Barat.

Hal ini secara perlahan mulai memudarkan Nasionalisme-Patriotisme yang sudah terkontaminasi oleh serangan budaya asing yang mengkotak-kotaknya dan membuat batasannya sendiri bagi warga negara yang berbangsa Indonesia untuk bersatu.

Dengan memudarnya nasionalisme berbasis Ke-Bhineka Tunggal Ika-an yang terkolaborasi dengan budaya asing maka secara gawat dapat mengancam dan menghancurkan bangsa Indonesia.

Hal itu terjadi karena ketahanan nasional akan menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh pihak asing. Kemampuan local genius bangsa tidak lagi berjalan dengan semestinya.

Banyak budaya dan paham barat yang berpengaruh negatif dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh bangsa Indonesia. Dengan terjadinya hal itu, maka akan terjadi akulturasi, bahkan menghilangnya kebudayaan dan kepribadian bangsa yang seharusnya menjadi jati diri bangsa.

Melihat kondisi aktual yang saat ini terjadi pada bangsa ini yang mulai tercerai berai oleh budaya dan perbedaan yang dilakukan bangsa asing untuk merusak Ke-Bhineka-an yang susah payah dilakukan pendiri negara untuk menyatukan bangsa yang terpecah belah oleh perbedaan menjadi Nusantara sebagai Cikal Bakal Indonesia.

Haruskah Indonesia dijajah kembali supaya rasa nasionalismenya menjadi tumbuh dan berkembang serta bersatu untuk dapat meraih kehormatan dan kemerdekaannya kembali?

Marilah kita sebagai bangsa yang terlahir oleh perbedaan sehingga kita jangan harus mati oleh perbedaan itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun