Hujan sempat turun cukup deras sore tadi, bahkan pelangi pun sempat hadir di langit senja tapi walaupun tidak utuh. Sekarang, sisa hujan berupa hawa dingin tapi bau tanah segar tersiram air menggoda saya untuk mematikan AC mobil dan membuka kaca, menikmati udara malam sisa hujan, melintas jalan sepi, menuju rumah lengkap dengan kabut ikut menciptakan nuansa yang teduh, temaram, dan cukup bikin galau.
Di radio terdengar suara indah Raisa menyanyikan lagu “Terjebak Nostalgia”. Coba bayangin kalau kamu yang ada di belakang kemudi seperti saya sekarang, pasti pikiranmu tergoda menerawang entah kemana, belum lagi suara serangga malam hari sayup sayup terdengar karena kaca jendela mobil yang terbuka tadi.
Kalau belum bisa ngebayangin juga karena engga tau lagunya, ih tapi terlalu deh kamu kalau engga tau lagu ini. Jangan jangan kamu itu angkatan 66 jaman Supersemar, atau angkatan 45? yang lebih akrab sama lagu-lagu perjuangan macam ‘Halo Halo Bandung’ atau ‘Kopral Jono?’ . Sebentar, jadi kepikir kenapa Ismail Marzuki sang pencipta lagu Halo Halo Bandung itu memberi judul karyanya pake kata ‘Halo’ ya?. … apa karena beliau dapat idenya habis teleponan dengan sahabatnya atau seandainya lagu itu diciptakan di sekitar tahun 90-an atau tahun 1995 gitu saat perusahaan telekomunikasi Telkomsel baru berdiri, pasti lagu ini bisa jadi akan diendors oleh Telkomsel, ah.. sudahlah, saya cuma mau nulis kalau kamu memang engga tau lagunya Raisa tadi nih saya kasih sepenggal, maksudnya sedikit kutipan liriknya :
Telah lama ku tahu engkau
Punya rasa untukku
Kini saat dia tak kembali
Kau nyatakan cintamu
Namun aku takkan pernah bisa
Ku
Takkan pernah merasa
Rasakan cinta yang kau beri
Ku terjebak di ruang nostalgia
Semua yang ku rasa kini
Tak berubah sejak dia pergi
Maafkanlah ku hanya ingin sendiri
Ku di sini
Naah… dahsyat ya… intinya lagu ini pokoknya ya sesuai sama judulnya itu tadi: Terjebak Nostalgia… ya iya laaah....
Bicara soal nostalgia, jadi teringat sama satu kawan saya, baiknya engga usah disebut namanya, karena kalau disebut namanya sebagai ‘Bunga’, nanti mirip mirip sama kasus yang biasanya berhubungan dengan kekerasan seksual dan ada hubungannya sama benda tumpul. Halah, sudahlah.. pokoknya ada kawan saya yang sempat curhat kalau beberapa hari terakhir ini dia sedang dalam kondisi Terjebak Nostalgia.
Ya.. jalan ceritanya sih engga mirip banget dengan syair lagunya Raisa, tapi dia itu sedang galau karena tetiba dia ketemu lagi sama kawan lamanya lebih tepatnya seorang kakak kelasnya yang dia taksir jaman dulu, tapi orangnya engga pernah tahu. Maklum, waktu itu dia masih SMA, ya SMA jaman dulu memang beda dengan SMU jaman sekarang. Dari A sama U – nya saja sudah beda kan… Maksudnya, jaman kawan saya SMA di tahun 90-an ini, kalau perempuan atau wanita naksir cowok, belum tentu punya nyali buat ngomong sama gebetannya itu. Jangankan ngomong, lewat depan orangnya aja udah mau pingsan duluan. Boro boro bisa caper atau cari perhatian, misalnya sok sok jatuhin sapu tangan gitu? Ih.. jadul amat sih modusnya.
Singkat cerita mereka ketemuan lagi ya gara gara facebook itu, jangan nyalahin facebooknya deh, menurutku sih facebook cukup berjasa punya andil untuk menjalin lagi tali silaturahmi antar teman sekolah atau kuliah sampai sampai yang namanya reuni itu jadi happening banget beberapa waktu lalu kan. Kalau banyak yang reuni, ya berarti omset resto yang dipilih untuk jadi tempat reuni jadi naik, ngumpulinnya cukup tulis di grup, bisa puas nulis komentar sampe pegel bacanya. Belum lagi kalau bulan puasa kan, acara buka puasa bersama atau bukber jadi penuh, dari teman SD, SMP, SMA, kuliah, komunitas, teman kantor lama, teman kantor baru, teman tongkrongan, duh pokoknya jadwal bukber penuh, kadang harus absen karena acaranya berbarengan.
Okelah, sampai dimana tadi? O iya.. kawan saya ini naksir sama kakak kelasnya, tapi dia engga berani ngomong kan.. kenapa? Ya ternyata dulu si cowok ini sudah punya pacar, ya kakak kelas juga. Bayangin, apa engga dibully kalo ngegebet kakak kelas yang udah punya pacar satu angkatan? Bisa bisa mau mesen bakso dikantin aja engga berani karena dipastikan akan ada banyak tatapan nanar para kakak kelas khususnya yang cewek juga, yang seolah olah mau melahap bulat bulat semacam adegan sinetron yang di zoom ke arah mata pemainnya saat marah, tatapan mata penuh kedengkian, amarah, diiringi efek suara symbal yang berulang-ulang sama halnya dengan zoom in zoom out yang dilakukan oleh cameraman, tatapan melotot dan bibir bergetar mirip orang yang sedang demam tinggi, amat sangat berlebihan dan hampir dipastikan adegan ini akan berulang di setiap sinetron yang sebaiknya sih mendingan tidur daripada nonton sinetron begituan.
Lalu, karena saking engga beraninya kawan saya ini bilang atau paling engga kasih sinyal ke cowok dambaan hatinya itu… dia memilih untuk menutup rapat rapat perasaannya sampai sekarang, eh kemarin itu deh.
Lantas dia cerita kalau si cowok dambaan hatinya jaman SMA itu tetiba menyapa dia di facebook sampai akhirnya mereka bisa chatting, jreng jreng… mulailah sang cowok melakukan manuver yang entah itu manuver basi atau beneran, dia bilang kalau dulu itu sebenernya si cowok ini pernah jatuh cinta sama si kawan ini. Lho kok bisa? Ya bisa aja… namanya juga lelaki normal kan, bukan itu maksudnya….. si cowok ini juga dulu ngakunya engga berani ngomong… karena dia pikir kawan saya ini cuek banget. Padahal mereka itu rumahnya hampir berdekatan dan intensitas ketemunya lumayan sering, ya namanya juga tetangga.
Mendengar pengakuan itu, sontak aja kawan saya termehek-mehek dan engga tahu harus bilang apa dong, sampai akhirnya diapun mengakui kalau dia pernah punya perasaan yang sama. Nah lho…. Terus, lalu, kemudian, apa yang terjadiiiiii?? Sementara sekarang keadaannya keduanya sudah punya pasangan kan…. Akankah CLBK itu benar benar terjadiiiiii…
Tenang dulu, saudara saudara…
Ditengah kegalauan hatinya itu., dia curhat ke saya. Dan saya juga bingung mau bilang apa ya… Apalagi kawan saya ini beberapa bulan terakhir sering banget cerita soal hubungannya sama pasangannya lagi ada aja cekcoknya. Saya sih engga mau jadi kompor, kalau saya di posisi dia pasti akan bingung juga sih. Tapi karena saya bukan penasihat perkawinan, apalagi penasihat raja, eh.. profesi penasihat raja itu kan selalu ada di dongeng dongeng bukan?.... maksud saya, saya engga mau banyak bicara apa apa ke kawan saya ini. Satu hal yang saya bisa lakukan ke kawan saya itu adalah mengirimkan gambar yang saya ambil Path kawan saya, Mas Hasan. Kalau yang ini engga akan saya samarkan namanya menjadi nama binatang, kan kalau perempuan nama bunga, masa laki-laki nama binatang sih? Semut gitu? atau Landak? engga asik banget yah kalau ada surat kabar yang menyamarkan nama laki laki dalam pemberitaannya dalam sebuah kasus kriminal dengan nama binatang.
Jadi.. apa sih gambar yang ada di path-nya Hasan itu?
Ini dia…
So Selamat Malam Kawan :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H