Mohon tunggu...
Raynia Atmadja
Raynia Atmadja Mohon Tunggu... Administrasi - Radio Personality, Homebaker, Full Time Learner

Tukang Kue yang kadang-kadang jadi MC dan VO talent. Nice to meet you!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Untitled

20 Maret 2013   19:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:28 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sayapun BBM untuk mengajak dia melihat aksi harlem shake siGanteng di YouTube. Dije bilang oke dia akan lihat dan perbincangan berlanjut ke seputar kepergian Bipi, Dije bilang seminggu sebelum Bipi pergi, dia datang ke kantor Delta FM dan mengabsen satu persatu teman teman disana, minus saya tentunya karena sebelumnya saya sudah bbm-an dengan Bipi soal kepergian saya dari Delta FM. Sedihnya, Dije malah meminta saya untuk ikhlas mendoakan alm Bipi.

Sumber: last bbm


Satu telepon masuk dari sahabatku Faisal di Delta FM saat sedang memesan pancake sambil menunggu film dimulai soal kepergian Irwin tentunya membuat lututku lemas untuk kedua kalinya. Disusul dengan bbm dari Mbak Nining kakak dari Irwin yang mengabarkan hal yang sama, membuat saya tidak bisa menonton dengan konsentrasi penuh ke film Jack Giant Slayer yang terlanjut sudah terbeli tiketnya. Setengah film saya lalui dengan airmata dan berkomunikasi via bbm dan twitter dengan teman teman soal kepergian Irwin.

Minggu pagi, 10 Maret saya, Farhan, Mbak Aya, Sandy berangkat ke Cirebon, disusul Heka dan Istri juga si Chubby Tristan putra Heka, karena ketinggalan kereta. Rumah keluarga Irwin cukup luas, dikawasan jalan raya Palimanan, bangunannya sudah berusia lebih dari seratus tahun, tapi sudah beberapa kali direnovasi, terasa adem, terlebih ada kolam ikan yang cukup luas ditengah rumah menjembatani bagian belakang rumah. Sang Bunda cerita rumah ini sering dijadikan markas Irwin berkumpul dengan teman temannya. Mobil Lancer Dan Gan kesayangan Irwin terparkir rapi disamping rumahnya, tenda masih digelar, juga beberapa bunga duka cita masih terpajang disana.  Hati saya terasa sesak tak karuan, mengingat di bbm terakhir Irwin masih mengajak ketemuan di Majalengka engga jauh dari Cirebon, kampung halaman Ibu saya. Ya, Irwin sering kali mengajak kami teman teman kantornya untuk datang ke rumah Ibunya, hampir saja terjadi saat libur lebaran lalu, tapi entah kenapa engga jadi.

Ibunya menyalamiku dengan derai airmata, sang istri tercinta, Mbak Fitri terisak memeluk erat saya. Kenangan menghabiskan setiap malam tahun baru di rumah Farhan,  dipojokan ruang tamu rumah Farhan, Dije memainkan musik klasik diskonya dari sana terekam dengan jelas di ingatan saya. Disana aku tau bahwa kamu sempat pulang kerumah persis seperti katamu di bbm, kalau kamu segera pulang kerumah karena sudah merasa jauh lebih baik dari sakitmu, bahkan kamu bilang ke suster dirumah sakit ingin mandi yang lama dan sebersih mungkin sebelum kamu pulang kerumah. Sampai dirumahpun kamu sempat minta diusap perutnya oleh Ibumu, memintanya membuatkan sup tahu sebelum kamu rebahan beristirahat dikamarmu dan Allah memanggilmu. Panjang lebar sang Bunda, Istri dan kakak perempuan Irwin bercerita, betapa sosokmu adalah seseorang yang tak bisa ditulis dengan kata kata. Irwin sudah menjadi anak yatim sejak dia sekolah di SMP.  Cita cita dia untuk menjadi seorang Music Director disebuah stasiun radio berjaringan sudah tercapai. Keinginannya beristrikan wanita yang merawat dia sampai akhir hayat pun sudah, keinginan dia untuk mendatangkan kami teman teman baiknya kerumahnya disana pun juga sudah tercapai, hanya saja kami tidak bisa bertemu Irwin, hanya pusaranya saja.

Farhan menggambarkan sosok Dije adalah sahabat bahkan keluarga yang tak tergantikan, karena begitulah adanya dia untuk kami. Kerendahan hati, kejujuran, semangat kerja, senyum bahkan omelannya semuanya terlalu indah untuk di ingat. Saya dan Farhan pun jarang bertemu walaupun kami bekerja di radio yang sama, tapi berbeda jam kerja, tapi pekerjaan kamilah yang membentuk sebuah ikatan yang membuat itu lebih dari hubungan kerja semata, tapi keluarga. Beranjak sore kami berjalan menuju makam Dije, tak jauh dari rumah Ibundanya, konon Dije memang sudah berpesan agar dimakamkan disitu yang justru lebih dekat dengan rumah Ibunya padahal makam keluarga Irwin sendiri letaknya agak jauh dari rumah Ibunya, katanya agar sang Istri sering datang menengok rumah Ibunya.

Sumber: makam DJWinz


Gemetar kaki saya menginjak tanah merah yang masih penuh dengan taburan bunga, rasa tidak percaya masih ada walaupun dengan jelas terpampang nama di nisanmu sahabat.  Kamu pergi dalam tidur, damai dan tidak merepotkan siapapun seperti yang sering kamu bilang ke teman temanmu.  Maafkan aku ya Dije, maafkan untuk semua kejahilan yang kulakukan saat kita bekerja sama.  Aku ingat betul di hari hari terakhir siaranku kamu pingin dibuatin kopi Vietnam karena hari itu aku membawa kopi plus Vietnam drip-nya. Terimakasih untuk semua rekaman hasil mixingmu yang berserakan dimobilku yang sampai hari ini aku belum berani memutar karena aku takut tak bisa menahan sedihku. Terimakasih untuk ucapan kesedihanmu saat siaran terakhirku di Delta FM, terimakasih untuk semua alunan musik yang kamu mainkan untuk kami, terimakasih untuk semua lagu yang kamu pilihkan untuk dapat diputar disiaranku dan semua pendengar. Terimakasih untuk senyum yang selalu tulus kamu beri kesiapapun.

Sumber: my tweets


Terimakasih juga untuk seorang sahabat yang menuliskan tentang @DJWinz
Karya yang akan selalu dikenang sebagai hasil kerja seorang Music Director, DJ, Sahabat, Brother, yang tak tergantikan

Ya.. dua sahabatku pergi dalam waktu seminggu berturut turut.   Bukan hal yang mudah untuk dihadapi apalagi bertepatan saat saya memutuskan untuk jeda dari segala kegiatan. Mereka pergi diusia yang belum mencapai empat puluh, tapi tiga puluh sembilan. Dan sayapun sama sekali tidak punya ide untuk memberi judul dari tulisanku sendiri kali ini.

Doaku untukmu agar terang dan lapang kuburmu disana, agar semua yang kamu cinta juga tabah dan tegar menghadapi ini.

Innalillahi wa inna illaihi rajiun

Bipi Nastoto Abdoel Kadir
28 Juni 1973 – 3 Maret 2013

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun