Selain itu, laki-laki harus berani mulai terlibat dalam tugas domestik termasuk memasak sehingga perlahan membantu mengubah persepsi masyarakat tentang peran gender. Salah satu hal yang membantu mendobrak asumsi ibu memasak di dapur dan ayah membaca koran misalnya lomba memasak yang melibatkan kaum laki-laki. Lomba memasak yang tujuan utamanya untuk mendapat juara menyisipkan gambaran bahwa laki-laki sesungguhnya tidak ada alasan untuk tidak dapat membantu para perempuan memasak bahkan melakukan tugas domestik lainnya dalam rumah tangga. Tidak ada alasan bagi Budi untuk tidak bersama-sama dengan Wati mencuci piring sebelum Budi bermain layang-layang dan Wati juga bermain sesuai hobinya.
Patut dibanggakan, meningkatnya kesadaran akan kesetaraan gender dan contoh-contoh positif dari keluarga-keluarga modern memberi harapan bahwa pandangan yang lebih sesuai tentang perempuan akan terus berubah. Dalam hal ini, mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berbagi peran yang seimbang bahkan bekerja sama dalam rumah tangga adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih setara bagi semua anggota keluarga. Mestinya semua ini memang diajarkan dalam keluarga tetapi berangkat dari keresahan yang terjadi, bahkan di sekolah pun harus diajarkan. Tidak hanya itu, pengajaran di sekolah pun harus memperhatikan dengan cermat bahan pengajarannya supaya tidak justru menjadi pelanggengan subordinasi terhadap perempuan. Buku dan bahan pengajaran harus sungguh-sungguh memperhatikan perkembangan semua pihak dan menciptakan kerangka berpikir yang setara, adil dan sesuai proporsi.
Penutup
Dalam realitas Indonesia saat ini, dapur masih sering dipandang sebagai ruang eksklusif bagi perempuan. Realitas ini pun mendapat kelanggengannya dalam banyak aspek termasuk dalam pendidikan yang dianggap wadah kritis. Dogmatisme sederhana "ibu memasak di dapur dan ayah membaca koran" yang sering digunakan di sekolah memberi dampak yang besar. Sayangnya, subordinasi terhadap perempuan seperti ini tidak mudah untuk dikenali dalam sistem matang seperti patriarki. Oposisi biner yang digunakan dalam patriarki membuat penderitaan perempuan dinormalkan begitu saja bahkan membuat penderitaan perempuan bertubi-tubi dengan perbandingannya yang tidak setara.Â
Oleh karena itu, pemahaman poststrukturalisme tentang oposisi biner memberikan wawasan penting mengenai bagaimana struktur sosial dapat menghasilkan kekerasan terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Mengubah cara kita melihat peran gender dan mendekonstruksi norma-norma tradisional serta mengambil langkah penting menuju kesetaraan dan keadilan sosial. Melalui proses ini, diharapkan akan tercipta masyarakat yang lebih inklusif di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi tanpa terikat pada stereotip gender.
Hingga saat ini, dampak dari kurangnya kesadaran akan kesetaraan gender di Indonesia sangat luas dan kompleks bahkan menjadi akar tindakan kekerasan terhadap perempuan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya edukasi yang lebih intensif mengenai kesetaraan gender, baik di sekolah maupun dalam masyarakat luas. Asumsi sebaliknya "ibu dan ayah sedang memasak di dapur" harus diperjuangkan dan diajarkan sejak dini. Program-program sosialisasi dan edukasi harus ditingkatkan untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kesetaraan gender demi menciptakan masyarakat yang lebih adil dan sejahtera.
Daftar Pustaka
Khoirunnissa, Jihaan, 2021. Mengubah Stigma Peran Perempuan di Dapur Dimulai dari Keluarga, Wolipop. 1 September 2021. Diakses dari https://wolipop.detik.com/love/d-5704552/mengubah-stigma-peran-perempuan-di-dapur-dimulai-dari-keluarga, pada Sabtu 11 Januari 2025, pukul 09.13 WITA.
Kumbara, AA Ngurah Anom. 2024. Teori Sosial-Budaya Kontemporer: Cultural Studies, Teori Kritis, Pascastrukturalisme, Pascamodernisme, Feminisme dan Pascakolonial. Denpasar: Sari Kahyangan Indonesia.
Pertiwi, Sabila Fitra. 2022. Indonesia Darurat Kesetaraan Gender, Sudah Saatnya Dikenalkan Sedari Dini. KKN Universitas Diponegoro. Diakses dari https://kkn.undip.ac.id/?p=354313, pada Senin 13 Januari 2025, pukul 05.45 WITA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H