Mohon tunggu...
Cepik Jandung
Cepik Jandung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar Kajian Budaya

Lulusan Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Meng Zi (Mencius) dan Pemikirannya tentang Menjadi Manusia

9 Januari 2025   06:00 Diperbarui: 9 Januari 2025   03:36 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengantar

        Manusia merupakan makhluk sosial dan oleh karena itu relasi timbal balik antara manusia menjadi sebuah keharusan. Relasi yang tepat akan memberi kehidupan yang layak bagi yang melakukannya. Dalam hal ini, relasi bisa dikatakan sangat menentukan eksistensi manusia itu sendiri. Keberhasilan relasi itu tentu tidak datang begitu saja, ada proses yang yang harus dilakukan. Keistimewaan manusia sejatinya terletak di sini apabila dibandingkan dengan binatang. Merujuk pada asumsi umum, bahwa manusia memang bisa dikatakan binatang tetapi manusia jelas lebih dari sekadar binatang karena memiliki apa yang disebut rasio atau akal. Manusia merupakan binatang yang berakal dan mampu berpikir.

        Sebagai makhluk yang berpikir, pemahaman akan keberadaan dirinya berikut dengan implikasi sosialnya yang kompleks khususnya terkait cara berelasi, dapat dicapai melalui berbagai pendekatan. Salah satu sudut pandang yang bisa digunakan dan telah membantu banyak orang sejauh ini hadir dari pemikiran timur. Perlu diperhatikan, dalam pandangan filsafat, khususnya para pemikir Timur, pembahasan tentang hakikat manusia lebih mendalam dan mendetail. Sebuah keunikan dari filsafat Timur sekaligus menjadi jawaban atas pernyataan sebelumnya bahwa pikiran manusia sangat istimewa dan mampu menciptakan sudut pandang yang khas.

        Salah satu perdebatan yang paling dominan dalam filsafat China adalah tentang kodrat baik-buruknya manusia dan bagaimana semestinya manusia bersikap antara satu dengan yang lainnya. Salah satu pemikiran yang sangat mendalam hadir dari sosok bernama Mencius. Sosok ini biasa juga dikenal dengan nama Meng Zi. Dalam tulisan ini, akan dipakai nama Mencius. Mencius hadir dengan pemikirannya yang mendalam dan memberikan suatu pencerahan kepada masyarakat, khususnya bagi masyarakat China yang hidup pada zamannya. Meski demikian, pemikirannya masih sangat relevan dengan konteks kontemporer yang sering lupa bahwa ia sedang hidup dan hidup bersama manusia lain. Dalam hidup bersama, cara berelasi menjadi poin penting untuk menghidupi hidup dengan baik. Kontribusi Mencius dalam dunia pemikiran Timur sangat banyak seperti tentang hakikat kodrat manusia dan etika serta berbagai perspektif tentang agama, politik, negara dan kebudayaan. Pada kesempatan ini, penulis akan memperkenalkan Mencius dan pemikirannya dalam menjadi manusia. Bagianya ada sesuatu yang terus diperjuangkan manusia agar tidak sekadar menjadi binatang melainkan binatang berakal budi atau manusia.

Biografi Mencius

        Menurut tabel kronologis Mencius yang disiapkan oleh Ch'eng Fu-hsin abad 14 M, Mencius lahir pada 371 dan meninggal pada 289 SM. Mencius tinggal di negara bagian Tsou, sebuah negara bagian yang berbatasan dengan Lu di Shantung (sekarang), dan yang terkenal sebagai pusat Konfusianisme. Berdasarkan tulisan Fung Yulan (1952; 107), ia mengklaim bahwa Mencius belajar di bawah didikan cucu Konfusius.

Karya-karya Mencius terdiri dari tujuh buku, yang di kemudian hari diberi kehormatan dengan menjadikannya sebagai salah satu dari empat buku yang menjadi dasar dari pendidikan tentang konfusianisme. Dalam buku ini dimuati beberapa bagian yang berbeda-beda. Bagian-bagian ini mencatat ajaran Mencius dan percakapannya dengan berbagai murid, teman, dan pelindung kerajaan. Dikatakan juga bahwa dalam karyanya ini, dicatat percakapan Mencius dengan raja feodal pada masanya (Yulan, 1952; 107).

        Mencius adalah seorang pemikir China yang hidup pada masa setelah Konfusius dan hadir sebagai pemikir yang berkontribusi terhadap filsafat dan perkembangan pemerintahan pada masanya. Yulan (1952; 108) menuliskan bahwa gagasannya yang terkenal adalah pada dasarnya sifat manusia adalah baik. Pemikiran Mencius menjadi sumber penting untuk mengenang kembali ajaran Konfusius. Dikatakan bahwa Mencius merupakan salah seorang sarjana ulung pada masanya. Uniknya, dalam kejeniusannya ini, ia bepergian ke negara-negara lain, walau dikatakan dengan sia-sia ia berusaha agar gagasannya diterima oleh penguasa negara-negara itu. Mencius sendiri pernah mengakui dan menganggap dirinya sebagai satu-satunya orang pada masa kekacauan dan kebingungan intelektual yang mampu melestarikan ajaran Konfusius. Ia memberi pernyataan sekaligus retoris, apabila ada keinginan bahwa dunia harus menikmati ketenangan dan ketertiban, siapa yang ada hari ini, selain saya, untuk bisa mewujudkannya? 

Latar Belakang Pemikiran Mencius

        Setelah Kongzi atau Konfusius wafat, ajaran meredup dan para pengikutnya mulai menghilang. Pada masa itu, sedang terjadi kekacauan karena perang dan dampak langsungnya pada bidang pendidik ialah aktivitas belajar hanya terjadi di kota Chi dan Lu. Diceritakan bahwa Konfusius menarik banyak murid dan pemikirannya cukup dikenal oleh orang-orang pada masanya. Akan tetapi karena perang dan perebutan kekuasaan dari para feodal, tujuh puluh muridnya tersebar dan bepergian di antara para penguasa feodal-feodal itu. Ada murid yang menjadi sosok penting di tempatnya, menjadi guru dan menteri pada para penguasa feodal.  Sementara itu ada juga yang menempati posisi lebih rendah, menjadi teman dan guru para pejabat atau pensiun.

        Sebagaimana dikatakan di bagian biografi, Mencius membangkitkan kembali ajaran Konfusius. Kerja keras Mencius berhasil sehingga nama dan ajarannya tersebar luas dan mempengaruhi cara berpikir masyarakat luas. Sebagai seorang filsuf, Mencius memiliki karya yang memberikan gambaran mengenai pemikirannya. Namun, dapat ditarik suatu pernyataan bahwa Mencius tidak memiliki perhatian yang dalam pada seni pengajaran. Terdapat perbedaan unik antara Konfusius dan Mencius, walaupun Mencius sendiri berpendapat bahwa dia adalah penerus ajaran Konfusianisme. Perbedaannya adalah bahwa pernyataan-pernyataan Konfusius yang kerap kali menjustifikasi atau menilai bahwa dirinya keliru. Hal ini bertentangan atau setidaknya tidak terlalu sejalan dengan Mencius yang tidak menilai bahwa dirinya salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun