Ketiga, manusia dapat memperoleh makna dengan sikap yang diambilnya dalam penderitaan. "Penderitaan sebagai sumber makna dapat dimengerti apabila kita menjadikan penderitaan sebagai tugas yang unik" (Frankl; 2004, 132). Penderitaan membuat kita lebih sering melihat ke dalam diri, merefleksikan dan menemukan makna dari realitas kejam yang mungkin tidak dimengerti oleh budi. Pengalaman Frankl di kamp konsentrasi tidak diragukan lagi. Ia mengalami penderitaan yang luar biasa dan dia bisa menemukan makna hidup dari situ. Dia mencatat bahwa itu adalah penderitaan yang tidak dapat dihindari tetapi menghasilkan makna, sehingga ia terhindar dari menyalahkan atau melihat kekurangan lainnya.
Frankl juga menekankan manfaat optimisme tragis dalam mengelola saat-saat sulit dalam hidup dan lebih penting lagi sebagai sarana untuk menemukan arti sebenarnya dari keberadaan seseorang. Tanggung jawab sebagai esensi dari keberadaan, artinya seseorang perlu menentukan arti hidupnya sendiri dengan menjawab pertanyaan ini dalam kaitannya dengan keinginan dan kebutuhannya sebagai individu. Setiap manusia memiliki kapasitas untuk mengubah perilaku dan sikapnya dalam setiap situasi yang memungkinkan. Frankl menegaskan pentingnya mengatakan "ya" terlepas dari segalanya.
Penutup
Makna hidup merupakan sebuah konsep yang sangat subjektif dan bervariasi antar individu. Ia melibatkan pencarian tujuan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan. Dengan menemukan makna hidup, seseorang tidak hanya mampu mengatasi kesulitan tetapi juga merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang mendalam dalam perjalanan kehidupannya. Pencarian ini adalah bagian integral dari pengalaman manusia yang terus berlangsung sepanjang hayat.
Frankl mampu bertahan di Kamp Konsentrasi Nazi. Ia bahkan menggunakan kemampuannya untuk membantu para tahanan untuk bertahan dalam situasi yang tampaknya tidak ada maknanya sedikit pun. Ia menemukan di sana sesuatu yang membuatnya bertahan, membuat orang lain bertahan, dan sesuatu yang menurutnya menjadi dasar yang menggerakkan manusia untuk hidup. Ia tidak menyesali penderitaannya bahkan mendapat makna hidup dari sana. Baginya hidup ini akan bermakna untuk dirinya jika ia melayani dan membantu orang lain. Ia pun meminta semua orang untuk menemukan makna hidupnya, setiap waktu dan kapan pun.
Sumber
Frankl, Viktor E. (2004). Man Search for Meaning, terj. Lala Hermawati Dharma. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H