Mohon tunggu...
Cepik Jandung
Cepik Jandung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar Kajian Budaya

Lulusan Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seberapa Penting Makna Hidup? Sebuah Kajian Psikoanalisis

16 Oktober 2024   00:19 Diperbarui: 16 Oktober 2024   00:31 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengantar 

Temukanlah makna hidup!!! Makna hidup secara umum dianggap sebagai konsep yang mendalam dan kompleks, yang sering kali menjadi fokus pemikiran filosofis, psikologis, dan spiritual. Secara khusus makna hidup merujuk pada hal-hal yang dianggap penting dan berharga bagi individu, memberikan nilai khusus, serta dapat dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bagaimana makna hidup membantu kehidupan sekiranya akan terjawab secara personal. Akan tetapi secara teoretis dan tentunya memiliki basis pengalaman, pencarian makna hidup memang menjadi dasar eksistensi dan eksistensi itu sendiri. Secara singkat akan diberikan hasil pembacaan terhadap tulisan Viktor E. Frankl tentang manusia mencari makna.

Pengalaman hidup Frankl di Kamp Konsentrasi Nazi membantunya menemukan fenomena-fenomena sekarat manusia, keadaan tidak ada lagi harapan, tetapi ketika ada secuil saja makna yang mengisi hati, motivasi untuk hidup akan kembali. Di Kamp Konsentrasi Nazi, orang yang kehilangan harapan tidak dapat menemukan makna dalam penderitaan dan akhirnya menyerah pada kematian.

Manusia Mencari Makna   

Menurut Viktor E. Frankl, "upaya manusia mencari makna hidup merupakan motivator utama dalam hidupnya, bukan rasionalisasi sekunder" (Frankl; 2004, 160) dan jika menemukan makna itu, dia dapat bertahan hidup dalam keadaan apapun. Makna hidup ini merupakan sesuatu yang unik dan khusus, artinya dia hanya bisa dipenuhi oleh orang yang bersangkutan dan dengan cara inilah orang tersebut bisa memiliki arti yang bisa memuaskan keinginannya untuk mencari makna hidup. Seorang manusia harus menemukan makna hidupnya agar ia bisa berfungsi dengan baik dan melanjutkan hidupnya.

    Menurut Frankl, "kita harus belajar sendiri dan lebih jauh lagi, kita harus mengajar orang-orang yang putus asa, bahwa kita tidak harus sungguh peduli tentang apa yang diharapkan dari kehidupan, tetapi lebih pada apa yang diharapkan dari kehidupan kita" (Frankl; 2004, 132). Kita harus berhenti bertanya tentang arti hidup, dan sebaliknya, menganggap diri kita sebagai orang-orang yang dipertanyakan oleh kehidupan setiap hari dan setiap jam. Kita membuat makna apa untuk hidup kita saat ini? Tidak bisa dipungkiri, nasib seorang manusia tentu saja dipengaruhi oleh keadaan di mana ia berada, Akan tetapi pada akhirnya ia bebas untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Bahkan dalam situasi terburuk sekalipun, manusia selalu memiliki kebebasan untuk memilih sikapnya terhadap kehidupan.

    "Manusia memiliki kemampuan untuk memilih apa yang akan terjadi secara mental dan secara spiritual " (Frankl; 2004, 115).  Beberapa tahanan yang mempertahankan kebebasan batin mereka sepenuhnya, memperoleh nilai-nilai yang diberikan oleh penderitaan mereka. Inilah bukti yang cukup bahwa kekuatan batin manusia dapat mengatasi keadaan di luar dirinya. Meski demikian, kebebasan bukanlah kata terakhir. Aspeknya utamanya adalah tanggung jawab. Kebebasan bahkan berada dalam kemerosotan, jika tidak dijalani dalam rasa tanggung jawab. Makna hidup secara umum bagi Frankl tidak dapat ditentukan tatapi hidup pada akhirnya berarti mengambil tanggung jawab untuk menemukan jawaban yang tepat atas masalah dan untuk memenuhi tugas-tugas yang secara konstan ditetapkan untuk setiap individu. Tugas-tugas ini yang membuat makna hidup berbeda pada setiap manusia dan dari waktu ke waktu. Tidak ada manusia dan tidak ada takdir yang dapat dibandingkan dengan manusia lain atau takdir lainnya dan setiap situasi membutuhkan tanggapan yang berbeda.

Makna hidup dapat ditemukan oleh manusia di setiap dimensi kehidupannya, termasuk pada saat mengalami penderitaan. Dalam kekejaman kamp konsentrasi Nazi, Frankl yang juga seorang psikiater belajar menemukan makna hidup. Menurutnya, "kita tidak dapat menghindari penderitaan tetapi kita dapat memilih cara mengatasinya, menemukan makna di dalamnya, dan melangkah maju dengan tujuan baru" (Frankl; 2004, 117). Frankl menyadari hakikat sebagai manusia dan juga mencoba membantu para tahanan dalam setiap kesempatan untuk menyadari makna hidup mereka, yang menurutnya lebih penting dari sekedar memilih untuk bebas.

    Teori Frankl tentang kodrat manusia yang berusaha mencapai kebebasan dengan hidup bermakna dibangun atas tiga asumsi dasar dan saling menopang. Pertama, "manusia pada hakikatnya memiliki kebebasan kehendak dan bersikap" (Frankl; 2004, 115)  Manusia tidak sepenuhnya tunduk pada kondisi tetapi bebas dan mampu mengambil sikap terhadap kondisi internal dan eksternal yang dialami. Kedua, manusia bebas untuk memiliki hidup yang bermakna dan ketiga, pencarian makna merupakan motivasi utama dari hidup manusia. Dalam hal ini, yang dimaksudkan dengan keinginan untuk bermakna selalu tertuju kepada hal-hal yang berada di luar diri manusia bukan berpusat pada diri sendiri. Ketika seseorang tidak dapat mewujudkan "makna" dalam kehidupannya, mereka akan mengalami frustrasi eksistensial misalnya menjadi agresi, depresi dan bunuh diri serta gangguan neurotik.

Frankl memberikan beberapa cara untuk menemukan makna hidup. Pertama, melalui nilai-nilai pengalaman. Manusia sejatinya bisa memperoleh pengalaman tentang sesuatu atau seseorang yang bernilai bagi dirinya, misalnya perasaan cinta pada orang lain. Cinta adalah ikatan terkuat antara manusia dan akan menyebabkan inspirasi indah dan pengorbanan besar. Banyak karya seni terinspirasi oleh cinta, termasuk cinta yang lebih umum seperti alam dan Tuhan. Frankl menggunakan rasa cinta kepada istrinya untuk menjaga semangatnya di Kamp Konsentrasi Nazi. Ia juga melihat para tahanan lain menggunakan hubungan mereka dengan orang lain untuk tetap berpikir positif dalam menghadapi situasi yang sangat negatif.

Kedua, melalui nilai-nilai kreatif dan bekerja. Orang dapat menemukan makna hidupnya dengan memberi kepada dunia lewat bekerja, menghasilkan suatu karya. Tanpa kerja, orang dengan mudah jatuh ke dalam keberadaan tanpa tujuan. Pekerjaan membuat manusia memiliki tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Penyelesaian pekerjaan pun dapat menghasilkan kepuasan yang mendalam dan perasaan berharga. Manusia dapat menemukan makna hidup dengan cara terlibat dalam sebuah proyek berharga kehidupan misalnya kreativitas seni, musik, penelitian ilmiah atau karya lainnya.

Ketiga, manusia dapat memperoleh makna dengan sikap yang diambilnya dalam penderitaan. "Penderitaan sebagai sumber makna dapat dimengerti apabila kita menjadikan penderitaan sebagai tugas yang unik" (Frankl; 2004, 132). Penderitaan membuat kita lebih sering melihat ke dalam diri, merefleksikan dan menemukan makna dari realitas kejam yang mungkin tidak dimengerti oleh budi. Pengalaman Frankl di kamp konsentrasi tidak diragukan lagi. Ia mengalami penderitaan yang luar biasa dan dia bisa menemukan makna hidup dari situ. Dia mencatat bahwa itu adalah penderitaan yang tidak dapat dihindari tetapi menghasilkan makna, sehingga ia terhindar dari menyalahkan atau melihat kekurangan lainnya.

Frankl juga menekankan manfaat optimisme tragis dalam mengelola saat-saat sulit dalam hidup dan lebih penting lagi sebagai sarana untuk menemukan arti sebenarnya dari keberadaan seseorang. Tanggung jawab sebagai esensi dari keberadaan, artinya seseorang perlu menentukan arti hidupnya sendiri dengan menjawab pertanyaan ini dalam kaitannya dengan keinginan dan kebutuhannya sebagai individu. Setiap manusia memiliki kapasitas untuk mengubah perilaku dan sikapnya dalam setiap situasi yang memungkinkan. Frankl menegaskan pentingnya mengatakan "ya" terlepas dari segalanya.

Penutup

Makna hidup merupakan sebuah konsep yang sangat subjektif dan bervariasi antar individu. Ia melibatkan pencarian tujuan, pengalaman, dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan. Dengan menemukan makna hidup, seseorang tidak hanya mampu mengatasi kesulitan tetapi juga merasakan kebahagiaan dan kepuasan yang mendalam dalam perjalanan kehidupannya. Pencarian ini adalah bagian integral dari pengalaman manusia yang terus berlangsung sepanjang hayat.

Frankl mampu bertahan di Kamp Konsentrasi Nazi. Ia bahkan menggunakan kemampuannya untuk membantu para tahanan untuk bertahan dalam situasi yang tampaknya tidak ada maknanya sedikit pun. Ia menemukan di sana sesuatu yang membuatnya bertahan, membuat orang lain bertahan, dan sesuatu yang menurutnya menjadi dasar yang menggerakkan manusia untuk hidup. Ia tidak menyesali penderitaannya bahkan mendapat makna hidup dari sana. Baginya hidup ini akan bermakna untuk dirinya jika ia melayani dan membantu orang lain. Ia pun meminta semua orang untuk menemukan makna hidupnya, setiap waktu dan kapan pun.

Sumber

Frankl, Viktor E. (2004). Man Search for Meaning, terj. Lala Hermawati Dharma. Bandung: Yayasan Nuansa Cendikia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun