Mohon tunggu...
Cepik Jandung
Cepik Jandung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar Kajian Budaya

Lulusan Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendasaran HAM: Tinjauan Filosofis

12 Oktober 2024   18:01 Diperbarui: 12 Oktober 2024   21:56 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Persoalan Filosofis

Apa klaim dasar dan mengapa kita perlu menerima adanya penegakan HAM?  Bagaimana klaim yang dibuat oleh manusia yang terbatas ini dapat diterima secara umum? Seharusnya setiap problem terkait kemanusiaan mesti dicari dasar-dasarnya. Problem HAM terkait keadilan, khususnya penghargaan terhadap martabat. Akan tetapi apa sebenarnya martabat manusia dan apa pendasaran filosofis dan moral sebuah penghargaan HAM. Secara tidak langsung HAM muncul dari concern terhadap hidup manusia. Meski demikian tetap dipertanyakan juga berkaitan relativitas budaya dan perkembangan zaman, di samping bahwa klaim HAM juga membutuhkan sebuah dasar yang bisa dipakai untuk kebaikan bersama.

Martabat Manusia Adalah Dasar dari Hak Asasi Manusia

Martabat berarti derajat atau pangkat manusia sebagai manusia. Dengan kata lain martabat manusia mengungkapkan apa yang merupakan keluhuran manusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain di bumi (Suseno, 1991).

Konsep ini menekankan bahwa setiap individu memiliki nilai dan kehormatan yang melekat, yang tidak dapat dirampas oleh siapa pun. Dalam konteks ini, martabat manusia mengacu pada derajat atau pangkat yang dimiliki setiap orang sebagai manusia, yang membedakannya dari makhluk lainnya. Martabat manusia berasal dari keyakinan bahwa setiap individu diciptakan menurut gambar dan citra Allah. Ini berarti bahwa setiap orang memiliki hak untuk dihormati dan diperlakukan dengan baik, terlepas dari latar belakang, status sosial, atau karakteristik lainnya. Martabat ini tidak hanya mencakup aspek fisik, tetapi juga aspek intelektual, emosional, dan spiritual.

Dalam etika Kantian, martabat manusia dianggap sebagai persyaratan umum, setiap manusia rasional harus memperlakukan dirinya sendiri dan semua manusia yang berbagi "atribut" ini sebagai tujuan dalam dirinya sendiri, tidak pernah sebagai sarana. Martabat manusia juga berlandaskan prinsip etika yang menuntut perlindungan terhadap individu yang lebih lemah. Prinsip ini menegaskan bahwa mereka yang kuat memiliki kewajiban untuk melindungi yang lemah.

Akan tetapi masalah kemudian muncul terkait gagasan abstrak tentang martabat yang beresiko kekurangan konten praktis misalnya dalam kemungkinan tertentu. Gagasan bahwa setiap budaya telah berkembang, di waktu dan tempat yang berbeda, dan bagaimana menjembatani, dalam pengertian ini gagasan tentang martabat tampaknya lebih dapat diterima. Menurut Klaus Dicke "martabat manusia adalah norma transendental formal untuk melegitimasi klaim HAM. Martabat manusia adalah rujukan pada sifat khusus dan nilai inheren manusia, alasan memiliki hak yang dinyatakan oleh perjanjian, sebelum dan terlepas dari proklamasi hukum positif. James Griffin berpendapat bahwa gagasan martabat paling baik dipahami dalam kaitannya dengan pentingnya agensi normatif dalam kehidupan manusia. Nilai agensi normatif manusia mengungkapkan dirinya sendiri bahwa memiliki otonomi sebagai makhluk hidup, yaitu, kemampuannya untuk menentukan sendiri akan seperti apa bentuk hidupnya dan bagaimana hidupnya akan berjalan.

  Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap individu hanya karena mereka adalah manusia. Hak-hak ini bersifat universal, tidak dapat dicabut, dan saling terkait. Beberapa contoh hak asasi manusia mencakup: hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan hak untuk tidak disiksa. Setiap orang berhak untuk hidup dan bebas dari ancaman kekerasan. Setiap orang memiliki kebebasan untuk berpendapat, beragama, dan berkumpul. Setiap individu berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan martabat ( Mojokerto, 2019).

 Martabat manusia merupakan landasan bagi pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia. Ketika martabat seseorang dihormati, maka hak-haknya juga akan dihormati. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak asasi manusia sering kali merupakan pelanggaran terhadap martabat individu tersebut. Oleh karena itu, upaya untuk melindungi hak asasi manusia juga merupakan upaya untuk menjaga martabat setiap orang.

Martabat manusia adalah dasar dari hak asasi manusia yang menegaskan nilai intrinsik setiap individu. Penghormatan terhadap martabat ini tidak hanya penting dalam konteks hukum tetapi juga dalam konteks moral dan etika. Dengan memahami hubungan antara martabat manusia dan hak asasi manusia, kita dapat lebih menghargai pentingnya perlindungan hak-hak setiap individu dalam masyarakat yang adil dan beradab.

Martabat dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun