Mohon tunggu...
Sepis Jandung
Sepis Jandung Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif

Mahasiswa aktif Jurusan Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyentak Keterbuaian Insan Berbudaya dari Obsesi Globalisasi dalam Realitas Pariwisata

21 Agustus 2024   18:40 Diperbarui: 22 Agustus 2024   14:47 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu dengan sikap kritis, tidak menutup kemungkinan untuk menggali terus inovasi serta unsur positif dari budaya-budaya orang lain bagi kehidupan sosial dan perkembangan budaya yang lebih baik.

Alam Pikiran dan Praktik Masyarakat Industri Pariwisata

Sebuah pemikiran berkaitan dengan realitas pariwisata menyatakan bahwa apa yang disebut hukum rimba bukanlah hukum alam sama sekali. Manusia sendiri yang membuatnya, oleh karena itu manusia bisa mengubahnya. 

Bertolak belakang dengan anggapan populer, dianggap sebagai kesalahpahaman dan ada bukti jelas tentang hal ini. Terkait perang misalnya, peperangan terorganisir muncul dalam catatan arkeologi hanya 13.000 tahun yang lalu. Dalam pencarian lebih jauh, setelah periode itu ada banyak periode tanpa perang sama sekali (1). 

Argumen ini hendak menunjukkan bahwa bukti perubahan memang ada di sekitar kita. Apabila merujuk pada pergerakan ekonomi, entah secara lokal maupun global dimensi ekonomi telah berubah dari yang berbasis material menjadi berbasis pengetahuan. 

Apabila dulunya ditemukan sumber utama kekayaan adalah aset material seperti tambang emas, ladang gandum dan sumur minyak, realitas saat ini sebaliknya menunjuk bahwa sumber utama kekayaan adalah pengetahuan. Pengetahun mengubah relasi antar pribadi, kelompok bahkan negara. 

Kenyataan yang sama terjadi pada bidang budaya dan pemikiran. Tidak bisa dipungkiri, telah terjadi pergeseran yang menggelegar dalam budaya global dan lokal. 

Banyak elit dalam sejarah kepala suku Hun, Jarl Viking, dan bangsawan Romawi, misalnya memandang perang secara positif. Elit lain, seperti gereja Kristen dulu misalnya memandang perang sebagai kejahatan tetapi tidak terhindarkan. Akan tetapi beberapa generasi terakhir memperlihatkan fakta sejarah dunia yang mempertontonkan monopoli elit yang melihat perang sebagai kejahatan dan sejatinya dapat dihindari.  

Menyoal kehidupan sosial dan budaya industri pariwisata, pemikiran dan praktik pembaharuan seolah tegak lurus dan suatu keharusan. Fakta kehidupan pariwisata memperlihatkan posisi yang menyatakan bahwa segala sesuatunya harus berubah. 

Kehadiran berbagai budaya dari berbagai latar belakang wisatawan seringkali membentuk pola pikir dan budaya yang baru dan sama sekali berbeda. Orang cenderung mengambil budaya yang menurut mereka menjadi pusat perhatian. 

Trend dan manipulasi globalisasi menyentil bahwa yang banyak pemakai menjadi budaya yang wajib. Realitas ini tentu tidak keliru apabila yang diambil atau budaya baru yang dipraktikkan mendatangkan kebaikan bagi sesama dan pribadi. Namun, kenyataan yang terjadi justru budaya yang menghancurkan semisal minum minuman keras yang banyak, mengenakan pakaian yang masih menunjukkan badan secara vulgar dan berbagai praktik negatif dan berbahaya lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun