Mohon tunggu...
Sepi Indriati
Sepi Indriati Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis RSJD Surakarta

Menjadi Psikolog adalah Panggilan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sekali Berproses Stres Hilang

9 Oktober 2023   09:30 Diperbarui: 13 Oktober 2023   02:26 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Shutterstock/ESB Professional via KOMPAS.com)

Oleh: Dra. Sepi Indriati, psi

Dunia psikologi saat ini sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Terbukti dengan banyaknya kasus-kasus yang ditangani para psikolog semakin meningkat. Dari permasalahan yang paling ringan sampai permasalahan yang berat. Permasalahan anak-anak sampai permasalahan pada orang dewasa. Permasalah diri pribadi sampai permasalahan dalam pekerjaan, rumahtangga, sekolah dan sebagainya.

Semakin banyaknya informasi yang bisa diakses masyarakat melalui medsos turut berperan dalam meningkatkan kesadaran sebagian masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.

Namun demikian dibutuhkan keberanian dan usaha yang sungguh-sungguh bagi seseorang untuk dapat masuk ke dalam ruang konsultasi psikologi.

Tidak sedikit yang merasa kebingungan dan tidak tahu harus kemana saat memerlukan jasa psikolog. Dan setelah mendapatkan informasi tempat praktik psikolog keberanian untuk berkonsultasi juga memerlukan nyali dan support dari sekitar. 

Stigma tentang psikolog dan isu kesehatan mental sering menyebabkan orang maju-mundur dan berpikir ulang untuk datang ke psikolog. Padahal setelah berproses dengan psikolog seringkali tidak seseram yang dibayangkan. Bahkan hanya dengan sekali pertemuan tak jarang permasalahan yang sudah dipendam lama dapat terurai dan klien melanjutkan kehidupannya dengan bahagia dan lebih bermakna.

 Seperti beberapa kasus berikut…

Pertama, seorang wanita muda datang diantar pria yang sudah dewasa dan matang. Jarak usia mereka cukup jauh dan ternyata mereka pasutri. Masalah yang dialami wanita tersebut adalah akhir-akhir ini merasa hubungan dengan suaminya semakin memburuk. Tidak ada komunuikasi yang sehat di dalam rumah tangganya.

Sebagai istri yang masih sangat muda (beda usia lebih 10 tahun) kebutuhan cintanya berbeda dengan suami yang sudah pernah menikah. Istri menginginkan cinta romantis dan perhatian penuh dari suami. Ingin selalu didengarkan keluh kesahnya dan dimanja.  Bila terjadi konflik ingin dibicarakan bersama, didengar tanpa saling menyalahkan dan diselesaikan dengan baik.

Akan halnya suami menganggap istri terlalu mengatur, tak bisa diatur dan tak bisa diajak bicara baik-baik. Istri selalu menceritakan masalah rumah tangganya pada orangtuanya melalui HP. 

Suami merasa harus memenuhi kebutuhan keluarga dan menjaga tumbuh kembang anak dari istri pertama yang saat ini diasuhnya. Suami merasa sudah memenuhi kebutuhan istri dan tidak mungkin memenuhi semua permintaan istri.

Setelah konseling mulai terjadi perubahan sikap dan pandangan keduanya. Selanjutnya suasana dalam rumah tangga menjadi semakin membaik dan kondusif. Masing-masing menyadari kesalahan dan berusaha memperbaiki diri, sehingga keutuhan rumah tangga tetap terjaga.

Kasus kedua, seorang ibu lebih 60 tahun diantar putranya berkonsultasi masalah kesehatan mental ibu. Keluhan utama selalu cemas berlebihan, takut keluar rumah dan harus selalu minum obat on time. Bila obat tidak diminum tepat waktu maka gejala sesak nafas pasti muncul, lalu muncul panik.

Hal ini menambah kecemasannya. Bahkan S yang dulu suka pengajian dan mendengarkan pengajian di radio sekarang menghentikan kegiatan tersebut. Beliau merasa takut penyakitnya akan kambuh saat pengajian dan merasa tidak aman.

Ia Juga takut mati sehingga takut mendengar ceramah agama di radio. Ia bercerita panjang lebar tentang apa yang dirasakan, masalahnya dan apa yang diinginkan.

Beliau menuliskan apa yang menjadi ketakutan dan sumber kepanikan, harapan dan hal-hal yang membuatnya merasa tentram dan nyaman. Dilanjutkan dengan pemberian intervensi psikologi dengan media apa yang telah dituliskan tersebut. Dalam proses terlihat adanya perubahan yang signifikan, kearah positif. 

Di awal sesi konseling Klien minta diingatkan saat waktu minum obat agar tepat waktu. Tidak terasa waktu minum obat sudah terlewat jauh, dan semua dalam kondisi baik-baik saja. Tidak muncul sesak, panik, ataupun kecemasan. Bahkan beliau juga heran dan tidak percaya dengan kejadian ini.

Selanjutnya proses penguatan dan pemberian motivasi. S didorong untuk menata lagi aktifitas sehari-hari, dan mulai lagi dengan aktifitasnya yang dulu. Alhamdulillah, hanya dengan sekali pertemuan S sudah mau ikut pengajian lagi. Info didapat dari teman pengajiannya.

Kasus ketiga, seorang ibu pensiunan guru, suaminya meninggal beberapa tahun yang lalu. Saat ini tinggal dengan adiknya yang masih lajang.

S merasa bingung, banyak pikiran, sulit tidur, dada sesak dan tidak pernah bisa menangis. Kalau teringat almarhum suami selalu merasa sangat sedih namun gak bisa menangis, sehingga dadanya terasa sakit.

S merasa sudah mengikhlaskan kepergian suami dan pasrah pada takdir Allah. S bingung apa yang harus dilakukan dan harus ke dokter mana. Sudah ke dokter penyakit dalam juga tidak membantu menenangkan hatinya. 

Sejauh ini klien sudah menyibukkan diri dengan aktivitas keagamaan, bersosialisasi dengan teman-teman dan saudara-saudara. Hubungan dengan anak juga baik.

Setelah proses konseling dirasa cukup dilanjutkan pemberian terapi singkat untuk melepaskan emosi negatif dengan metode yang berorientasi pada penyelerasanan sistem energi tubuh. Hanya dalam hitungan menit klien berhasil mengeluarkan air matanya, menangis sejadi-jadinya dan melepaskan emosi negatif yang tidak disadarinya. Klien keluar dari ruang konsultasi dengan perasaan lega dan bahagia.

Beberapa kasus di atas menggambarkan bahwa membiarkan masalah yang dialami tanpa mendapatkan solusi yang tepat adalah tindakan yang merugikan diri sendiri.

Di samping itu juga menurunkan derajat kesehatan mental, serta kesejahteraan seseorang. Stres, ketegangan atau beban hidup yang dialami manusia akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mentalnya. Emosi manusia juga berubah setiap saat, sesuai dengan apa yang ada di dalam dan sulutan dari luar dirinya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental adalah datang ke profesional kesehatan psikolog klinis. Saat ini keberadaan psikolog klinis sudah tersebar hampir di semua rumah sakit provinsi di Indonesia.

Beberapa rumah sakit daerah dan rumah sakit swasta juga sudah banyak yang memiliki Psikolog. Klinik praktik bersama di kota besar ada yang menggandeng psikolog dalam layanannya. Masyarakat bisa juga mengakses https://data.ipkindonesia.or.id/cari-psikolog/ untuk mencari psikolog terdekat yang dibutuhkan.

Dalam memberikan pelayanan psikolog klinis menggunakan berbagai macam pendekatan sesuai dengan keahlian dan kasus klien. Kompleksitas masalah yang dihadapi klien akan berpengaruh terhadap jumlah sesi pertemuan yang direncanakan. Tidak jarang masalah yang dianggap berat dan sudah terpendam dalam diri klien, dapat terurai dengan satu atau dua sesi konseling. Seperti kasus lama di atas. Terkadang Klien hanya membutuhkan tempat berbagi uneg-uneg yang nyaman dan profesional.

Di akhir sesi psikolog akan mengajari klien cara berfikir, berperasaan ataupun berperilaku yang tepat di berbagai situasi. Sehingga klien dapat melanjutkan kehidupannya dengan nyaman dan sejahtera.

#Tiada Kesehatan tanpa sehat jiwa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun