Mohon tunggu...
Sephia Firdaus Dilla
Sephia Firdaus Dilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

UIN Walisongo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Inovasi Produk Desa Wisata Wonolopo Kampoeng Jamu

12 Februari 2022   02:51 Diperbarui: 12 Februari 2022   03:03 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecamatan Mijen, merupakan daerah yang terkenal sebagai penghasil buah durian. Menurut Keputusan Pemerintah Kota Semarang, Kelurahan Wonolopo ditetapkan sebagai desa wisata. Desa wisata Wonolopo memiliki potensi lokal yang cukup beragam, seperti Kampoeng Jamu, agrowisata kebun durian, joglo pawening jati, river tubing, outbond, karawitan, dan festival panen raya yang diadakan setiap tahun saat musim panen.

Namun, mungkin hanya sedikit orang tahu jika di daerah Mijen terdapat kampung tematik yang cukup populer di Kelurahan Wonolopo yakni kampoeng jamu tradisional.

Kampoeng Jamu merupakan suatu desa para penjual jamu gendong atau menggunakan motor, di wilayah Mijen. Kelurahan Wonolopo banyak warga setempat yang bercocok tanaman empon-empon. Menghasilkan tanaman rempah-rempah yang memiliki banyak khasiat untuk Kesehatan tubuh.

Menurut ketua paguyuban jamu gendong, pada tahun 1985 ada seorang pendatang dari solo yang berjualan jamu diwilayah Kelurahan Wonolopo. Pendatang tersebut membawa pengaruh besar bagi masyarakat sekitar Wonolopo yakni mengajarkan berwirausaha kepada masyarakat sebagai pengrajin Jamu gendong.

Sehingga masyarakat setempat sedikit demi sedikit banyak yang tertarik menggeluti usaha ini. Terutama di Rt/Rw. 03/10 dan Rt/Rw. 02/10 di Desa Sumbersari dimana banyak warga setempat menanam tanaman empon-empon atau toga yang akan digunakan bahan membuat jamu gendong seperti kunyit, jahe, kencur, temulawak, temu manga, brotowali dan lain lain.

Ketua paguyuban jamu gendong mengakui bahwa warga di kampung itu rata-rata merupakan petani dan pekerja bagunan. Dan setelah adanya kampung jamu ini perekonomian warga didesanya mulai membaik bahkan beberapa fasilitas umum telah danggup dibangun di desanya.

Kampung tematik adalah suatu wilayah bermukim di bawah administrasi kelurahan yang menunjukan jatidiri/ identitas atas suatu potensi masyarakat yang diangkat atas hasil kesepakatan Bersama.

Lurah wonolopo pada waktu itu adalah Nujuladin Anto, A.Md mengusulkan Kampung Jamu sebagai kampung tematik. Sehingga tahun 2016 dengan terkenalnya kampung tematik, maka karena disini sudah kenyataan warga berpenghasilan rata-rata jamu gendong maka disini disebut kampoeng jamu Wonolopo.

Beragam jenis jamu olahan warga Wonolopo yang dinikmati warga sekitar. Beras kencur dipercaya menambah nafsu makan, kunir asem dipercaya untuk melangsingkan tubuh, gula asem dipercaya untuk batuk, sariawan dan mengatasi nyeri haid. Dan lain-lain macam jamu yang di olah.

Kampung tersebut semakin populer karena adanya Pandemi Covid 19, banyak orang yang berburu minuman jamu. Salah satu pengrajin jamu menginovasikan meracik “Jamu Corona”, sehingga warga Wonolopo meracik jamu untuk menjaga imun tubuh agar tetap sehat. Bahan yang digunakan berupa kunyit, temulawak, gula aren, kayu manis, jahe, dan lain-lain.

“Kami fokuskan dari kampoeng jamu Wonolopo, Bagaimana si menginovasi produk-produk jamu, jamu daya tahannya tidak terlalu lama. Sehingga kami membuat produk jamu yang tahan lama, tanpa menggunakan bahan pengawet, pemanis buatan, atau campuran kimiawi dalam memproduksi jamunya” ujarnya

Selain itu UMKM produk wisatanya kami kemas kedalam edu wisata, jadi produk-produk UMKM rumahan, jadi setiap rumah membuat suatu produk, nanti di kemasan wisatanya menjadi edu wisata.

Salah satu pengelola jamu, mengatakan, Kami undang ke pelajar atau mahasiswa, TK, SD, SMP, SMA bahkan untuk umum untuk datang ke Kampoeng jamu melihat atau belajar proses pembuatan jamu atau produk-produk lainnya.

kampung tematik jamu ini, kami yang sebagai pengiat bagaimana sebagai warisan jamu ini selalu ada generasi yang melanjutkan sehingga kampeong jamu ini tidak musah atau hilang.

Mudah-mudahan situasi membaik jadi inovasi kami lebih ke mendayakan apa yang dilakukan oleh UMKM pengusaha rumahan ini pejuang keluarga ini lebih berdaya guna dengan edu wisata. Karena dengan misalnya kami mendatangkan beberapa pengunjung untuk mengajarkan edu wisata, produk jamu yang awalnya 5.000-7.000 sekarang ini bisa dijual dengan 11.000-15.000 karena dengan paket edu wisata. Dengan adanya pemberdayaan ini bisa dikelola lebih berdaya guna, kalua berdaya guna pastinya akan memuat jamu tidak akan musnah tradisi jamu akan selalu ada dan terus diwariskan dan diwariskan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun