“Kami fokuskan dari kampoeng jamu Wonolopo, Bagaimana si menginovasi produk-produk jamu, jamu daya tahannya tidak terlalu lama. Sehingga kami membuat produk jamu yang tahan lama, tanpa menggunakan bahan pengawet, pemanis buatan, atau campuran kimiawi dalam memproduksi jamunya” ujarnya
Selain itu UMKM produk wisatanya kami kemas kedalam edu wisata, jadi produk-produk UMKM rumahan, jadi setiap rumah membuat suatu produk, nanti di kemasan wisatanya menjadi edu wisata.
Salah satu pengelola jamu, mengatakan, Kami undang ke pelajar atau mahasiswa, TK, SD, SMP, SMA bahkan untuk umum untuk datang ke Kampoeng jamu melihat atau belajar proses pembuatan jamu atau produk-produk lainnya.
kampung tematik jamu ini, kami yang sebagai pengiat bagaimana sebagai warisan jamu ini selalu ada generasi yang melanjutkan sehingga kampeong jamu ini tidak musah atau hilang.
Mudah-mudahan situasi membaik jadi inovasi kami lebih ke mendayakan apa yang dilakukan oleh UMKM pengusaha rumahan ini pejuang keluarga ini lebih berdaya guna dengan edu wisata. Karena dengan misalnya kami mendatangkan beberapa pengunjung untuk mengajarkan edu wisata, produk jamu yang awalnya 5.000-7.000 sekarang ini bisa dijual dengan 11.000-15.000 karena dengan paket edu wisata. Dengan adanya pemberdayaan ini bisa dikelola lebih berdaya guna, kalua berdaya guna pastinya akan memuat jamu tidak akan musnah tradisi jamu akan selalu ada dan terus diwariskan dan diwariskan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H